HARIAN NEGERI - Palu, Selasa, 21 Oktober 2025, Isu perundungan (bullying) di lingkungan sekolah kembali menjadi sorotan tajam. Berbagai kasus yang muncul ke permukaan menunjukkan bahwa praktik kekerasan verbal, fisik, hingga psikologis antarpelajar semakin mengkhawatirkan. Sayangnya, respons dari pihak-pihak terkait dinilai masih minim dan belum menyentuh akar persoalan.
Ketua Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII) Sulawesi Tengah, Opick Delian Alindra, S.H., turut angkat suara terkait fenomena ini. Dalam kapasitasnya sebagai tokoh pemuda sekaligus Pemuda Pelopor Desa Tingkat Nasional, ia menegaskan bahwa bullying bukan lagi persoalan sepele yang bisa dibiarkan berlarut-larut.
“Bullying adalah alarm bahaya bagi dunia pendidikan kita. Ini bukan hanya soal siswa yang saling menyakiti, tapi mencerminkan kegagalan kita semua orang tua, guru, sekolah, bahkan negara dalam melindungi ruang tumbuh anak-anak kita,” ujar Opick.
Opik juga menjelaskan bahwa dampak dari bullying bukan hanya dirasakan saat kejadian, tapi bisa membekas seumur hidup. Rasa takut, trauma, hingga hilangnya kepercayaan diri kerap menjadi ‘warisan’ pahit bagi korban yang tak mendapat pendampingan.
“Pertanyaannya, siapa yang peduli? Saat satu anak menjadi korban, kita butuh lebih dari sekadar simpati. Kita butuh gerakan sistematis: pendidikan karakter, pelatihan empati, dan sistem pelaporan yang berpihak kepada korban,” tegasnya.
Opick juga mengkritisi kurangnya keseriusan dari beberapa institusi pendidikan yang masih menganggap bullying sebagai “hal biasa” dalam proses pertumbuhan anak bahkan hanya sebatas seremonial belaka.
“Padahal, banyak riset menunjukkan bahwa sekolah yang membiarkan praktik perundungan akan menciptakan generasi dengan luka psikologis mendalam,” kritiknya.
PW PII Sulteng sendiri berkomitmen untuk terus mendorong pemberantasan anti-bullying di kalangan pelajar. Mereka aktif mengadakan pelatihan kepemimpinan pelajar, dan membangun kelompok kader antar siswa lintas sekolah dalam bentuk komisariat di sekolah-sekolah.
“Kita ingin menciptakan sekolah sebagai tempat yang aman, bukan ladang kekerasan. Anak-anak harus dibimbing menjadi teman, bukan menjadi musuh satu sama lain,” pungkas Opick.
Dengan makin meningkatnya kasus bullying yang viral di media sosial, masyarakat pun dihadapkan pada pilihan: Terus Diam atau Mulai Bertindak. Karena sejatinya, perubahan dimulai dari kepedulian.
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *
Top Story
Ikuti kami