__temp__ __location__

HARIAN NEGERI, Bantul – Peresmian Pesantren Nafi yang digelar Senin malam (1/9/2025) di halaman pesantren, Kalurahan Potorono, Bantul, bukan hanya menandai berdirinya sebuah lembaga pendidikan baru. Di balik itu, berdiri pula kisah panjang perjuangan keluarga, doa, dan cita-cita yang akhirnya terwujud.

Dalam sambutannya, pengasuh Pesantren Nafi, Faishol Adib, M.A., mengungkapkan bahwa berdirinya pesantren ini tidak lepas dari pesan-pesan berharga dua sosok penting dalam keluarganya: neneknya, Hj. Jaziah, dan ayahandanya, H. Supangat.

Ia menceritakan bagaimana pesan sederhana sang nenek menjadi pondasi lahirnya rintisan kegiatan keagamaan.

“Nenek kami selalu berpesan, ‘Kalau bikin rumah, mulailah dari belakang dulu.’ Pada 2015, kami membangun rumah dari bagian belakang, lalu menambah bangunan limasan pada 2018. Dari situlah kegiatan sholawatan, ngaji kitab, hingga sholat berjamaah dimulai. Mungkin, andai rumah dibangun dari depan, rintisan kegiatan keagamaan dan lahirnya pesantren ini tidak akan pernah terjadi,” jelas Faishol.

Tak berhenti di situ, jejak perjuangan sang ayah, H. Supangat, juga memberi arah bagi kelahiran pesantren. H. Supangat dikenal mengabdikan diri sebagai guru di MTs Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak dan aktif berkhidmah di LP Ma’arif NU. Ia turut merintis pendirian sekolah di berbagai pesantren, seperti An-Nur Ngrukem, Al-Furqon Sanden, hingga SMK Al-Munawwir.

“Suatu kali beliau berpesan, ‘Aku ingin mendirikan lembaga pendidikan sendiri.’ Maka Pesantren Nafi ini kami hadirkan sebagai wujud khidmah kepada umat sekaligus melanjutkan cita-cita dan perjuangan beliau di bidang pendidikan,” ujar Faishol.

Mengambil spirit Surah Maryam ayat 31, wa ja‘alani mubārakan ayna mā kuntu (Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada), Faishol menjelaskan bahwa nama “Nafi” dipilih sebagai doa agar para santri kelak menjadi pribadi yang penuh manfaat dan keberkahan.

Saat ini, Pesantren Nafi telah menerima 10 santri dari berbagai daerah, mulai dari Aceh, Padang, Lampung, Makassar, Jabodetabek, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat. Faishol menyampaikan permohonan maaf sekaligus harapan agar masyarakat menerima kehadiran para santri dengan baik.

“Kami mohon doa restu dari para Yai, Bu Nyai, dan seluruh masyarakat. Semoga Allah menjadikan pesantren ini sebagai lembaga yang diberkahi, bermanfaat, dan terjaga hingga akhir zaman,” pungkasnya.

Gusti Rian Saputra

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie