__temp__ __location__

HARIAN  NEGERI, Jakarta - Empat pemimpin dunia, yakni Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, merilis pernyataan bersama yang mendukung gencatan senjata di Gaza dan menyerukan komitmen menuju “perdamaian abadi” di kawasan Timur Tengah.

Deklarasi ini lahir setelah pertemuan puncak internasional di Sharm el-Sheikh, Mesir, pada Senin (13/10/2025). Pernyataan tersebut menjadi langkah langka dari pemerintahan Trump karena untuk pertama kalinya secara terbuka mengakui hak yang setara bagi Palestina dan Israel, tanpa menyalahkan pihak Palestina sebagai sumber konflik seperti pada kebijakan sebelumnya.

Meski demikian, dokumen tersebut tidak secara eksplisit menyebut pengakuan atas hak Palestina untuk bernegara dan menentukan nasib sendiri. Palestina dan Israel sendiri tidak menjadi bagian dari deklarasi ini, meskipun keduanya merupakan subjek utama dari kesepakatan tersebut.

Isi Pokok Deklarasi

Dalam teks yang bertajuk “Deklarasi Trump untuk Perdamaian dan Kemakmuran Abadi”, keempat negara menegaskan dukungan mereka terhadap Perjanjian Perdamaian Trump, yang diklaim mengakhiri lebih dari dua tahun konflik dan penderitaan di Gaza.

“Kami mendukung upaya tulus Presiden Trump untuk mengakhiri perang di Gaza dan membawa perdamaian abadi ke Timur Tengah,” demikian bunyi pernyataan itu.
“Kami memahami bahwa perdamaian abadi adalah perdamaian di mana baik Palestina maupun Israel dapat sejahtera, dengan hak asasi manusia mereka dilindungi dan martabat mereka dijunjung tinggi.”

Pernyataan itu juga menekankan pentingnya kerja sama lintas negara, dialog berkelanjutan, dan penghormatan terhadap keragaman agama Kristen, Islam, dan Yahudi yang berakar di wilayah tersebut.

Para pemimpin sepakat untuk melawan ekstremisme, radikalisme, dan rasisme yang dianggap menjadi hambatan utama bagi perdamaian berkelanjutan. Mereka juga menekankan bahwa penyelesaian konflik harus ditempuh melalui jalur diplomasi dan negosiasi, bukan kekerasan atau perang berkepanjangan.

Menuju Masa Depan Damai

Deklarasi tersebut juga menyerukan pembentukan tatanan baru di Timur Tengah yang didasarkan pada toleransi, martabat, dan kesempatan yang setara bagi semua orang tanpa memandang ras, agama, atau etnis.

“Generasi mendatang berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik daripada kegagalan masa lalu,”tegas para pemimpin dalam pernyataan itu.
“Kami berkomitmen membangun kawasan yang aman, stabil, dan makmur, di mana Palestina dan Israel dapat hidup berdampingan dalam damai.”

Dokumen tersebut menutup dengan ajakan untuk membangun hubungan bersahabat dan kerja sama saling menguntungkan antara Israel dan negara-negara tetangganya, serta berjanji untuk menjaga keberlanjutan perjanjian ini bagi generasi berikutnya.

Deklarasi Sharm el-Sheikh ini menjadi tonggak baru diplomasi Timur Tengah, menandai perubahan nada diplomatik Amerika Serikat dan sinyal terbentuknya konsensus baru regional yang menekankan “perdamaian, keamanan, dan kemakmuran bersama.”

Tags:
Melisa Ahci

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie