HARIAN NEGERI - Jakarta, Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Suparyanto, angkat bicara terkait rencana aktivitas pertambangan nikel oleh empat perusahaan di kawasan Raja Ampat, Papua Barat Daya. Menurutnya, eksploitasi terhadap salah satu kawasan dengan biodiversitas laut tertinggi di dunia itu merupakan bentuk nyata dari ketimpangan pembangunan dan pengabaian terhadap prinsip keberlanjutan ekologis.
“Ini bukan sekadar soal tambang. Ini soal arah masa depan Indonesia. Ketika perusahaan-perusahaan diberi Izin Usaha Pertambangan (IUP) di jantung ekosistem dunia seperti Raja Ampat, itu sama saja menggadaikan generasi mendatang demi kepentingan sesaat,” tegas Suparyanto dalam keterangannya, Rabu (5/6/2025).

Empat perusahaan yang disebut yakni PT Gag Nikel, PT Anugerah Surya Pratama, PT Kawei Sejahtera Mining, dan PT Mulia Raymond Perkasa telah mendapat izin untuk beroperasi di pulau-pulau strategis dalam gugusan Raja Ampat. Suparyanto menilai, langkah ini mengabaikan prinsip keadilan ekologis serta membahayakan keberadaan masyarakat adat yang menggantungkan hidupnya pada laut dan hutan.
Lebih lanjut, kader IPNU yang juga aktif dalam isu lingkungan itu mengkritik keras legitimasi negara terhadap eksploitasi sumber daya alam tanpa proses konsultasi yang adil kepada masyarakat lokal. Ia merujuk pada teori Kapitalisme Ekologis dari James O’Connor, yang menyatakan bahwa sistem ekonomi kapitalistik cenderung menghancurkan fondasi ekologisnya sendiri demi akumulasi keuntungan.
“Negara seharusnya menjadi pelindung bumi, bukan pelayan korporasi. Sudah saatnya kita tinggalkan logika pembangunan yang rakus dan mulai memikirkan keberlanjutan hidup lintas generasi,” ujarnya.
Sebagai bentuk respon konkret, Suparyanto sebagai bakal calon ketua umum PP IPNU menyerukan agar seluruh kader IPNU di Indonesia turun tangan menyuarakan perlindungan terhadap Raja Ampat. Ia mendorong gerakan #IPNUHijau sebagai wujud pelajar NU yang progresif, peduli lingkungan, dan berpihak pada nilai kemanusiaan serta keadilan ekologis.
“Pelajar NU bukan generasi diam. Kami pelajar yang belajar, berjuang, dan bertawa. Dan perjuangan itu termasuk melawan perusakan lingkungan. Kita harus selamatkan Raja Ampat, karena menyelamatkan lingkungan adalah menyelamatkan kehidupan,” tutupnya.
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami