__temp__ __location__

HARIAN NEGERI, Jakarta – Ribuan massa aksi yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Bersama Masyarakat Kabupaten Garut turun ke jalan menyuarakan keresahan rakyat dan menuntut keadilan, Selasa (2/9/2025).

Aksi ini mencatat momentum penting dengan tampilnya kembali Brigade Pelajar Islam Indonesia (PII), organisasi pelajar Islam yang sejak awal berdirinya pasca-kemerdekaan ikut berjuang bersama Jenderal Soedirman melawan agresi militer Belanda, sekaligus menjadi penggerak Kesatuan Aksi Pelajar Pemuda Islam (KAPPI) dalam menumbangkan rezim Soekarno melalui Tritura. Kini, semangat juang itu kembali menyala di Garut.

“Indonesia emas yang dijanjikan, kini justru berubah menjadi Indonesia cemas. Di saat bapak-ibu kami susah mencari nafkah, para pejabat justru sibuk memamerkan gaji yang mereka anggap kecil. Perilaku itu semakin menyakiti rakyat yang sudah lama menahan penderitaan," kata Kader Brigade PII Garut, Boy Azkiya Putra, dalam orasinya.

Enam Tuntutan Rakyat Garut

Dalam aksi ini, mahasiswa dan masyarakat Garut menyuarakan enam tuntutan:

  1. Batalkan kenaikan pajak yang semakin memberatkan rakyat.

  2. Batalkan tunjangan anggota DPR yang tidak berpihak pada kondisi rakyat.

  3. Sahkan RUU Perampasan Aset untuk memberantas praktik korupsi.

  4. Pecat anggota DPR yang terbukti menghina rakyat.

  5. Reformasi kinerja kepolisian agar benar-benar menjadi pelindung rakyat, bukan alat kekuasaan.

  6. Bebaskan pihak-pihak yang ditangkap dalam penyampaian aspirasi sebagai wujud penghormatan terhadap demokrasi.

Simbol Perdamaian dan Solidaritas

Menariknya, aksi ini ditutup dengan langkah simbolis: Brigade PII Garut membagikan roti dan air mineral kepada aparat kepolisian yang berjaga. Gestur ini menjadi pesan bahwa gerakan mahasiswa dan pelajar bukanlah permusuhan, melainkan ekspresi kritis yang tetap menjunjung kondusifitas.

“Kami tahu ada pihak-pihak yang ingin memprovokasi kericuhan, menciptakan konflik antara massa aksi dan aparat. Tapi kami menolak terjebak dalam skenario itu. Aksi di Garut ini adalah aksi kritis, damai, dan penuh kesadaran. Kami ingin pemerintah benar-benar mendengar jerit rakyatnya, bukan menutup telinga," ujar Novia Asyifa Maharani, Komandan Brigade PII Garut.

Aksi ini menjadi pengingat bagi pelajar dan mahasiswa bahwa mereka adalah penjaga nurani rakyat yang kritis dan berani. Seperti sejarah Brigade PII di masa lalu, generasi muda hari ini kembali menyalakan api perubahan.

“Kami akan terus berdiri bersama rakyat, menyuarakan kebenaran dengan kepala dingin, demi Indonesia yang adil dan bermartabat," lanjutnya.

Yusuf Wicaksono

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie