HARIAN NEGERI - Manado, Senin (20/10/2025), Auditorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi tampak hidup oleh semangat kaum muda pada Senin siang. Mereka datang menghadiri Roadshow Campus bertema Alarm Krisis Iklim dan Dialog Kaum Muda. Ruangan itu seolah menjadi tempat berkumpulnya generasi yang tidak ingin tinggal diam melihat bumi semakin tersengal menghadapi dampak perubahan iklim.
Di tengah kolaborasi besar berbagai organisasi yang terlibat, perhatian tertuju pada kehadiran Samsul Muarif Manumpil. Ia adalah Koordinator Green Leadership Indonesia Kota Manado yang menjadi motor penggerak kegiatan ini. Dalam sambutannya, Samsul mengingatkan peserta bahwa krisis iklim bukan lagi isu masa depan.
“Saat ini dunia sudah berada pada titik kritis yang membutuhkan tindakan nyata, terutama dari generasi muda,” ujar Samsul, dengan tegas, Senin (20/10/2025).
Samsul tidak berbicara berputar putar. Kalimatnya sederhana namun menghujam. Ia menyampaikan satu pesan yang langsung memicu tepuk tangan dari ratusan peserta.
“Bicara saja tidak cukup. Masa depan menuntut aksi bukan sekadar harapan. Maka tunjukkan”, tambahnya.
Pernyataan itu bukan ajakan kosong. Green Leadership Indonesia khususnya di Kota Manado telah lama mendorong kader muda di berbagai daerah untuk melakukan aksi lingkungan melalui edukasi publik, kampanye penyelamatan ekosistem dan kolaborasi lintas komunitas. Samsul menyebut bahwa suara pemuda harus menjadi lonceng penyadaran bagi semua pihak yang masih memandang remeh ancaman krisis iklim.
“Kegiatan ini juga menghadirkan diskusi akademik yang dipandu narasumber dari berbagai bidang seperti pertanian, teknik dan pendidikan kewargaan. Semua sepakat bahwa perubahan iklim mempengaruhi hampir setiap sektor kehidupan sehingga membutuhkan respons cepat dan terkoordinasi,” katanya.
“Itulah sebabnya Institut Hijau Indonesia bersama Green Leadership Indonesia, Badan Tazkir Unsrat, serta Djakarta Community Generation bergandengan tangan dalam penyelenggaraan acara ini,” lanjutnya.
Selain materi pengetahuan, peserta mendapatkan ruang dialog untuk menyampaikan keresahan dan gagasan mereka. Ada yang menyoroti sampah plastik yang menumpuk di pesisir. Ada pula yang menuntut peningkatan kebijakan energi terbarukan. Bahkan ada kelompok mahasiswa yang sudah merancang proyek kecil penanaman pohon di kampus.
Keseluruhan rangkaian acara berlangsung tanpa pungutan biaya. Para peserta juga diimbau membawa tumbler sendiri sebagai simbol komitmen pengurangan sampah sekali pakai. Pesan sederhana yang dikemas dengan gerakan nyata agar pesan perubahan tidak berhenti di poster atau pidato.
Di penghujung acara, para pemuda tampak saling bertukar kontak. Ada rasa bahwa pertemuan ini bukan akhir. Justru menjadi pijakan pertama untuk aksi yang lebih besar.
Sesuai dengan kalimat penutup yang kembali disampaikan Samsul sebelum ia turun panggung.
“Harapan itu penting, tetapi aksi adalah bukti”, pungkasnya.
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *
Top Story
Ikuti kami