__temp__ __location__

HARIAN NEGERI - JAKARTA, Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Persis (PP IPP), Ferdiansyah, menekankan pentingnya penguatan nilai persaudaraan dan kepekaan sosial di kalangan pelajar saat menjadi pemateri dalam Seminar Pendidikan Nasional yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) di Universitas Atma Jaya Jakarta, Senin (15/12/2025).

Seminar yang diikuti oleh 250 peserta dari unsur organisasi pelajar, pendidik, dan pemerhati pendidikan ini diselenggarakan sebagai bagian dari upaya merespons isu perundungan (bullying) di lingkungan pendidikan. Kegiatan tersebut sekaligus mendukung program Kemendikdasmen “Gerakan Rukun Sama Teman”, yang mendorong kolaborasi seluruh elemen sekolah dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan inklusif.

Forum ini menghadirkan sejumlah organisasi pelajar nasional untuk membahas pendekatan edukatif, kultural, dan penguatan nilai dalam rangka membangun iklim sekolah yang berkeadaban.

Dalam pemaparannya, Ferdiansyah menyampaikan bahwa upaya pencegahan dan penanganan perundungan perlu dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan, dengan menekankan penguatan pendidikan karakter, empati, serta relasi sosial yang sehat di lingkungan satuan pendidikan.

“Dalam kasus perundungan terdapat tiga unsur yang perlu menjadi perhatian bersama, yaitu pelaku, korban, dan saksi. Ketiganya memiliki peran penting, sehingga diperlukan peningkatan kepekaan sosial, khususnya dalam mendorong kepedulian dan peran aktif saksi,” ujar Ferdiansyah.

Ia menambahkan bahwa sikap diam dan pembiaran dapat berdampak pada berlanjutnya praktik perundungan. 

“Oleh karena itu, Gerakan Rukun Sama Teman dipandang sebagai upaya kolektif untuk menumbuhkan budaya saling menghargai, saling menjaga, dan saling mendukung di lingkungan sekolah,” tambahnya.

Dalam konteks penguatan nilai, Ferdiansyah juga menyampaikan rujukan moral yang relevan dengan karakter pelajar. Ia mengutip sabda Rasulullah SAW yang menekankan pentingnya menjaga lisan dan perbuatan agar tidak menyakiti orang lain, serta ajaran untuk mencintai sesama sebagaimana mencintai diri sendiri. 

“Nilai-nilai tersebut, menurutnya, sejalan dengan upaya membangun empati, solidaritas, dan rasa aman di lingkungan pendidikan,” katanya.

Ia merumuskan prinsip relasi sosial pelajar yang humanis, yaitu merangkul tanpa memukul, memahami tanpa menghakimi, menghargai tanpa mencaci, serta mendengar tanpa menyela. 

“Prinsip tersebut dinilai sejalan dengan semangat Gerakan Rukun Sama Teman dan relevan untuk mendorong terciptanya budaya dialog di lingkungan pendidikan,” pungkasnya.

Seminar Pendidikan Nasional ini diikuti oleh perwakilan organisasi pelajar, antara lain PP IPM, PP IPNU, PP IPPNU, PP IPP, PP IPPI, dan PII. Para peserta sepakat bahwa pencegahan perundungan memerlukan keterlibatan berbagai pihak secara kolaboratif, termasuk peserta didik, pendidik, orang tua, dan pemangku kebijakan.

Kemendikdasmen berharap kegiatan ini dapat menghasilkan masukan dan rekomendasi sebagai bahan penguatan kebijakan serta implementasi Gerakan Rukun Sama Teman di satuan pendidikan, guna mewujudkan sekolah sebagai ruang belajar yang aman, nyaman, dan ramah bagi seluruh peserta didik.

Agung Gumelar

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie