__temp__ __location__

HARIAN NEGERI - Cilegon, Mimpi besar tak selalu lahir dari kenyamanan. Bagi Hery Yuanda, seorang pemuda berusia 23 tahun asal Lingkungan  Kapudenok Julalen, Kelurahan Lebak Denok, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Provinsi Banten, perjalanan menuju cita-cita justru ditempa oleh kerasnya hidup.

Lahir dari keluarga sederhana, dengan ayah kandung seorang tukang sampah, hidupnya penuh keterbatasan. Namun, keterbatasan itu tak pernah menjadi alasan baginya untuk menyerah. 

Kini, perjuangan panjangnya mulai membuahkan hasil. Ia berhasil lolos kuliah ke China, sebuah pencapaian yang tak banyak diraih oleh anak-anak dari latar belakang seperti dirinya.

"Alhamdulillah, bisa lolos kuliah di China, Negeri Tirai Bambu. Negara yang memang saya impikan. Apalagi China ini kan negara adidaya nomor dua setelah Amerika Serikat, merupakan rival abadinya dalam menguasai pasar ekonomi dunia. Dan kalau di agama saya ada hadits atau mungkin bisa dikatakan sebuah ungkapan yang bunyinya Tuntutlah ilmu hingga ke Negeri China," Kata Hery Yuanda saat diwawancarai pada Kamis (13/3/2025).

Kalau semuanya berjalan lancar, pada Minggu, 16 Maret mendatang, ia akan terbang ke Negeri Tirai Bambu untuk menuntut ilmu. Di balik keberhasilan ini, ada kisah pilu yang jarang diketahui banyak orang.

Hery bukan hanya lahir dari keluarga kurang mampu, tetapi juga tumbuh dalam situasi keluarga yang tidak utuh. Orang tuanya bercerai ketika ia masih kelas 1 SD, yang membuat hidupnya semakin berat.

Setelah perceraian itu, keadaan ekonomi keluarga semakin sulit. Ayahnya tetap bekerja sebagai buruh pabrik di Kota Cilegon, sedangkan Hery bersama ibunya yang tengah mengandung adik perempuannya pindah ke Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Ibunya tidak memiliki pekerjaan tetap, sementara kiriman uang dari bapaknya nyaris tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Saat ibunya menikah lagi dan pindah ke Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Hery harus berjuang sendiri di kampung selama setahun hingga lulus dari SMP Negeri 1 Pekuncen, Banyumas. 

Ia belajar bertahan hidup sendiri, mengurus kebutuhannya tanpa ada yang benar-benar mengurusnya. Meski hidup dalam kondisi sulit, Hery tak pernah menjadikan kemiskinan sebagai alasan untuk menyerah. Sejak SD hingga SMA, ia selalu menjadi salah satu siswa terbaik di sekolahnya.

"Pada saat kelas 3 SMP, saya pulang sekolah dan rumah kosong. Tidak ada makanan, tidak ada yang menyambut. Tapi saya tahu, kalau saya ingin hidup lebih baik, saya harus bertahan dan terus belajar. Makanya dari SD sampai SMA, saya tetap belajar dan mengejar prestasi di sekolah. Alhamdulillah, selalu peringkat pertama, dan belajar itulah yang menjadi hiburan saya di saat hati saya kosong ketika berada di rumah," Cerita Hery dengan mata berkaca-kaca.

Di SMA, Hery semakin menonjol. Ia pernah meraih Juara 2 Kompetisi Sains Madrasah (KSM) kategori Ekonomi Terintegrasi dan Juara 2 Olimpiade Sejarah tingkat Provinsi Banten. 

Saat lulus dari MAN, ia dinobatkan sebagai siswa terbaik dengan nilai tertinggi. Namun, di balik semua prestasi itu, ia tetap harus menghadapi kenyataan pahit. Saat teman-temannya fokus belajar dengan dukungan keluarga, Hery harus membagi waktu antara belajar dan bekerja.

"Ya pernah lah, mondok, terus sambil jualan, terus jadi wartawan juga, buat membantu bapak di Cilegon, sama membantu Ibu di Purwakarta yang tinggal bersama adik-adik saya juga. Dan di satu sisi harus mengumpulkan uang juga untuk bisa kuliah ke luar negeri. Karena pastinya ada biaya untuk kursus bahasa Mandarin, pembuatan paspor, visa, dan lain sebagainya," Jelas Hery.

Selain berprestasi secara akademik, Hery juga aktif dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII), yang membentuk mental, jiwa kepemimpinan, serta membantunya membangun jaringan yang luas.

Ia pertama kali mengenal PII saat mengikuti Leadership Basic Training (LBT) pada tahun 2018. Dari sanalah ia belajar banyak tentang kepemimpinan, dakwah, dan perjuangan di dunia pelajar.

Karena dedikasi dan kegigihannya, pada tahun 2019-2021, ia dipercaya menjadi Ketua Umum Pengurus Daerah (PD) PII Kota Cilegon. Di masa kepemimpinannya, PII Cilegon semakin berkembang dan banyak mencetak kader berkualitas.

Tidak berhenti di situ, saat ini Hery menjabat sebagai Komandan Brigade PII Banten periode 2025-2027. Jabatan ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya sekadar aktif di PII, tetapi juga memiliki kapasitas kepemimpinan yang diakui oleh para senior dan rekan-rekannya. Berproses di PII membuka banyak peluang bagi Hery. 

Melalui jaringan yang ia bangun selama aktif di PII, ia mendapat kesempatan bekerja sebagai wartawan di Fakta Banten. Namun, meski sudah bekerja, ia merasa belum puas hanya dengan mencari uang.

"Di Fakta Banten itu, ya senior saya di PII juga. Tapi saya merasa masih ingin menuntut ilmu lebih dalam. Saya ingin belajar lebih jauh, membuka relasi internasional, dan suatu saat bisa kembali ke Indonesia untuk berkontribusi lebih besar," Ujar Hery.

Kini, perjuangan Hery belum selesai. Meski sudah diterima di Guilin University of Electronic Technology (GUET), jurusan Electronic Information Engineering and Technology, dan mendapatkan uang saku selama kuliah, ia masih membutuhkan biaya untuk keberangkatan dan kebutuhan awal di China.

Ayahnya yang kini bekerja sebagai tukang sampah dengan gaji Rp700 ribu per bulan, harus membagi penghasilan untuk biaya kontrakan rumah Rp500 ribu dan makan Rp200 ribu. Tentu saja, ayahnya tidak mampu menanggung biaya tambahan yang dibutuhkan untuk keberangkatan Hery.

"Saya sudah sampai di titik ini. Tiket sudah dipesankan untuk tanggal 16 Maret 2025, dan saya tidak ingin berhenti hanya karena terkendala biaya lain yang memang harus saya bayarkan. Saya ingin berangkat, belajar dengan sungguh-sungguh, menuntut ilmu, dan suatu hari nanti kembali untuk membantu orang lain yang mengalami kesulitan seperti saya," Ucap Hery penuh harap.

Hery adalah bukti bahwa mimpi besar bisa lahir dari kondisi sesulit apa pun. Ia telah menunjukkan bahwa keterbatasan ekonomi bukan penghalang untuk sukses. Kini, ia hanya tinggal selangkah lagi untuk mencapai impiannya.

Bagi siapa pun yang ingin membantu, sekecil apa pun dukungan yang diberikan akan sangat berarti bagi masa depan Hery. Ia tidak hanya ingin kuliah untuk dirinya sendiri, tetapi juga ingin kembali ke Indonesia dan berkontribusi bagi negeri ini.

"Tujuan saya kuliah, saya mau cari ilmu, cari relasi, buka akses, buka jaringan, untuk orang-orang Indonesia, khususnya untuk warga Cilegon. China ini luar biasa mantap. Mengapa tidak? Dia adalah negara kedua yang mengatur pasar ekonomi dunia," Tutup Hery.

Agung Gumelar

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *