__temp__ __location__

HARIAN NEGERI, Jakarta - Komandan Brigade Pelajar Islam Indonesia (BPII) Jakarta, Abu Darda Sungkar, menyampaikan kecaman keras terhadap tindakan represif aparat kepolisian dalam merespons rangkaian demonstrasi yang berlangsung sejak 25 hingga 29 Agustus 2025.

Menurutnya, kerusuhan yang terjadi bukan sekadar letupan spontan, melainkan akumulasi kekecewaan publik terhadap pemerintah yang dinilai abai dan tidak lagi mewakili aspirasi rakyat.

“Kami mengecam keras tindakan brutal aparat terhadap masyarakat sipil, termasuk pelajar dan pengemudi ojek online. Kerusuhan ini bukan sekadar ledakan emosi, melainkan cerminan dari sistem yang gagal mendengar suara rakyat,” tegas Abu Darda dalam keterangannya, Sabtu (30/8/2025).

Kronologi Demonstrasi 25–29 Agustus 2025

  • 25 Agustus 2025 – Aksi dimulai di depan Gedung DPR/MPR RI, dipicu oleh isu kenaikan gaji dan tunjangan anggota dewan yang dianggap tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi rakyat. Massa dari berbagai elemen mulai berkumpul, termasuk buruh dan mahasiswa.

  • 28 Agustus 2025 – Demonstrasi berlanjut dan memuncak di kawasan Senayan. Pelajar, mahasiswa, dan pengemudi ojek online bergabung dalam aksi solidaritas. Pada malam hari terjadi bentrokan; aparat menembakkan gas air mata hingga ke kawasan pemukiman.

  • Insiden Pelindasan Ojol – Sekitar pukul 20.30 WIB, Affan Kurniawan (20), pengemudi ojek online, tewas setelah dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di Jalan Penjernihan I, Jakarta Pusat. Korban sempat terseret beberapa meter sebelum akhirnya dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tidak tertolong.

  • Penangkapan Pelajar – Ratusan demonstran ditangkap, termasuk 196 pelajar dari berbagai daerah seperti Cirebon dan Indramayu yang datang ke Jakarta untuk bergabung dalam aksi damai. Penangkapan dilakukan di sejumlah titik, termasuk Bekasi dan sekitar Gedung DPRD.

Abu Darda menegaskan bahwa represi terhadap pelajar dan masyarakat sipil adalah pelanggaran prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. Ia menyerukan agar pemerintah segera membuka ruang dialog yang sehat dan menghentikan pendekatan kekerasan terhadap rakyat.

“Kami tidak akan diam. BPII Jakarta berdiri bersama rakyat yang tertindas. Kami menuntut keadilan bagi Affan Kurniawan dan semua korban kekerasan aparat,” pungkasnya.

Yusuf Wicaksono

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie