Oleh : Mustadin Taggala
Group musik orkestra biasanya dikenal sebagai kumpulan musisi yang memainkan berbagai alat musik secara bersama-sama, bukan permainan musik tunggal, dan biasanya di bawah pimpinan seorang konduktor.
Group Orkestra terdiri dari tiga kelompok utama alat musik (1). Alat Musik Tiup: Termasuk alat musik seperti seruling, klarinet, trompet, dan saksofon. Alat musik ini memberikan melodi dan warna pada suara orkestra.
(2) Alat Musik Petik dan Pukul: Seperti gitar, harpa, dan alat musik perkusi (drum, tamborin, dll.) yang memberikan ritme dan tekstur.
(3). Alat Musik Gesek: Termasuk biola, viola, cello, dan kontrabas. Alat musik gesek seringkali menjadi bagian penting dalam menciptakan harmoni dan melodi.
Group Orkestra, biasanya lagi, mampu memainkan berbagai genre musik, termasuk musik klasik, musik kontemporer, bahkan kombinasi dari berbagai genre yang disajikan dalam pementasan tertentu.
Pementasan group orkestra sering dilakukan di gedung konser dan acara-acara khusus, dan dapat melibatkan karya-karya komposer terkenal seperti Beethoven, Mozart, dan Tchaikovsky, dll.
Ada dua elemen penting yang harus ada dalam group orkestra yakni seorang konduktor dan pemain-pemain alat musik (tanpa terkecuali).
Kedua elemen tersebut baik konduktor maupun pemain, memainkan tugas peran dan fungsi masing-masing berdasarkan kesepakatan, baik kesepakatan yang tertulis (written agreement) atau kesepakatan yang tak perlu ditulis karena sudah masing-masing diketahui pihak-pihak (unwritten agreement).
Keberadaan konduktor sangat penting dalam orkestra karena bertugas untuk mengarahkan musisi, memastikan keselarasan, dan mengatur dinamika musik yang dimainkan. Peran ini tentu tidak sederhana dan memiliki syarat kapasitas tertentu yang juga tidak sederhana kalau tak ingin disebut complicated.
Konduktor bisa saja secara sepihak tiba-tiba mengubah ritme musik karena membaca kondisi psikologis audiens atau karena ada salah satu pemain yang mengalami gangguan teknis dalam menjalankan perannya, dalam situasi ini konduktor mengambil peran “mengorkestrasi” agar bunyi yang dibutuhkan tertutupi oleh alat musik yang lain atau tertutupi oleh ritme nada yang dimainkan.
Itulah mengapa banyak sekali pemain musik, tapi tidak banyak yang bisa beralih profesi menjadi konduktor.
Ibaratnya, bangunan diri menjadi konduktor tidak dibentuk dalam satu perjalanan pendalaman kemampuan tunggal semata, tapi dirintis dari berbagai dinamika pengalaman bermusik bahkan bergaul dalam lingkungan para musisi-musisi lain, atau bahkan kepekaannya dalam bermusik dibangun dari pengalaman hidup subjektif si konduktor.
Bagaimana dengan pemain tamborin, apakah pemain tamborin tak diperlukan? Toh dia hanya sesekali menggerimincingkan alatnya dan seolah-olah tanpanya takkan berpengaruh atas ketiadannya dalam orkestrasi yang memukau.
Bunyi gemerincing tamborin saat semua alat musik mengalun seolah hanya muncul di sela-sela nada, akan tetapi ternyata selain “kode” dari konduktor, para pemain musik bisa mengetahui apakah ritme bermainnya sudah sesuai atau tidak dengan menyelaraskannya dengan nada ketukan tamborin.
Dan yang lebih menarik, ada fungsi musik yang dinikmati oleh setiap pendengar yang lebih berirama saat ada tamborin tapi sulit dijelaskan fungsi keberadaannya bagi pendengar tanpa dengan mudah menjelaskan apa fungsi sesungguhnya dari tamborin.
Illustrasi group dan karya orkestra bisa digunakan oleh para ahli organisasi dalam menjelaskan dinamika, fungsi dan peran setiap orang dalam organisasi sehingga karya organisasi dapat dinikmati oleh khalayak atau yang biasa dikenal dengan stakeholder organisasi.
Dalam group orkestra, tidak semua boleh tampil sebagai konduktor, karena memang syaratnya juga tidak sederhana untuk menjadi konduktor. Tidak juga semua harus jadi drummer yang tabuhannya menggema dan sesekali menarik perhatian penonton, tetap harus ada yang menjadi pemain suling, walaupun suling itu tidak ditiup sepanjang konser.
Bahkan, tetap harus ada yang menjadi pemain tamborin, dimana pemain tamborin ini menempuh jarak yang jauh, sama dengan pemain lain yang berangkat dari rumah masing-masing menuju lokasi konser, menggunakan tuksedo yang sama bagusnya dengan pemain lain, dan bahkan berlatih sama tekunnya dengan pemain lain, walaupun dalam konser dia tidak terlihat dan sepertinya alat musiknya terlalu sepele untuk hadir dalam konser sajian kepada para tetamu terhormat.
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami