__temp__ __location__

HARIAN NEGERI, 18 Mei 2025 - Setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Tapi sayangnya, niat baik kadang bisa melenceng arah kalau cara mendidiknya tidak tepat. Mungkin tanpa sadar, kita melakukan pola asuh yang justru menghambat tumbuh kembang anak, baik secara emosional, sosial, maupun cara berpikirnya.

Nah, supaya kita bisa sama-sama belajar dan refleksi, berikut tujuh tanda yang bisa jadi sinyal bahwa pola asuh kita perlu diperbaiki:

1. Anak Selalu Dituruti
Memberi cinta itu penting, tapi kalau setiap keinginan anak selalu dipenuhi tanpa batas, itu bisa jadi masalah. Anak bisa tumbuh jadi pribadi yang manja, kurang mandiri, dan tidak siap menghadapi tantangan. Padahal, belajar menunggu dan berusaha itu bagian dari proses tumbuh.

2. Aturan yang Suka Berubah-ubah
Pernah enggak, hari ini bilang “boleh”, besoknya jadi “nggak boleh”? Anak-anak butuh kejelasan dan konsistensi. Kalau aturan terus berubah, mereka bisa bingung mana yang boleh dan mana yang tidak. Akibatnya, mereka bisa tumbuh tanpa rasa tanggung jawab yang jelas.

3. Suka Membandingkan Anak dengan Orang Lain
Kalimat seperti, “Coba lihat kakakmu, rajin banget. Kamu kenapa enggak bisa kayak dia?” mungkin terdengar biasa, tapi sebenarnya bisa melukai hati anak. Anak jadi merasa tidak cukup, dan itu bisa menurunkan rasa percaya dirinya. Ingat, setiap anak itu unik dan berkembang dengan caranya masing-masing.

4. Kurang Akrab Secara Emosional
Kadang kita terlalu sibuk dengan pekerjaan dan urusan rumah, sampai lupa ngobrol dari hati ke hati dengan anak. Padahal, anak butuh merasa dekat, didengarkan, dan dimengerti. Kalau kebutuhan emosional ini tidak terpenuhi, anak bisa merasa kesepian bahkan di dalam rumah sendiri.

5. Masih Mengandalkan Kekerasan
Entah itu marah-marah, membentak, apalagi memukul—semua bentuk kekerasan bukanlah cara yang efektif untuk mendidik. Justru bisa menimbulkan trauma dan luka batin yang dibawa sampai dewasa. Disiplin itu penting, tapi harus dibarengi dengan empati dan pengertian.

6. Tidak Memberikan Contoh yang Baik
Anak belajar dari apa yang dia lihat, bukan cuma dari apa yang dia dengar. Kalau kita melarang anak berbohong, tapi mereka sering melihat kita sendiri berbohong, tentu pesan itu jadi tidak sampai. Teladan yang baik akan jauh lebih berpengaruh daripada nasihat panjang lebar.

7. Hanya Fokus pada Prestasi
Menuntut anak untuk punya nilai bagus itu wajar, tapi kalau terlalu fokus pada hasil tanpa menghargai proses, anak bisa merasa tertekan. Mereka bisa berpikir bahwa cinta orang tua hanya datang saat mereka berhasil. Padahal, dukungan saat anak jatuh justru jauh lebih penting dalam membentuk kepercayaan dirinya.

Mendidik anak memang tidak ada rumus pastinya. Tapi yang jelas, kita semua sedang belajar sama seperti anak-anak yang kita besarkan. Yuk, mulai dari mengenali kesalahan dan berani memperbaikinya. Anak-anak tidak butuh orang tua yang sempurna, tapi yang mau hadir, mendengar, dan terus belajar bersama mereka.

Melisa Ahci

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie