HARIAN NEGERI, Jakarta – Di tengah perubahan sosial, kemajuan teknologi, dan tekanan akademik yang makin kompleks, dunia parenting masa kini dihadapkan pada dua kutub gaya pengasuhan yang bertolak belakang, free-range parenting dan helicopter parenting. Keduanya mencerminkan cara pandang berbeda tentang peran orang tua dalam membentuk kemandirian dan ketahanan anak.
Free-range parenting menekankan kebebasan dan kepercayaan pada kemampuan anak untuk belajar dari pengalaman. Anak didorong menjelajahi dunia dengan pengawasan minimal, namun tetap dalam batas keamanan. Sementara itu, helicopter parenting menggambarkan sikap orang tua yang sangat protektif, terus memantau dan bahkan mengendalikan berbagai aspek kehidupan anak mulai dari tugas sekolah hingga pertemanan.
Meski sama-sama didasari kasih sayang, kedua pendekatan ini membawa risiko masing-masing. Gaya free-range berisiko bila anak belum siap mengambil keputusan sendiri, sedangkan gaya helicopter dapat melemahkan kemandirian dan kepercayaan diri anak.
Psikolog anak dan keluarga, Dr. Ratih Ibrahim, menekankan pentingnya pendekatan yang lebih seimbang. “Anak butuh ruang untuk tumbuh mandiri, tapi tetap perlu bimbingan bijak. Bukan dilepas, bukan juga dikontrol total. Kita butuh gaya pengasuhan yang responsif dan adaptif, saya menyebutnya smart-range parenting,” ungkapnya.
Smart-range parenting mendorong orang tua untuk memberi kebebasan secara bertahap sesuai usia anak, sambil tetap menjalin komunikasi terbuka dan menanamkan nilai-nilai penting sejak dini.
Dengan tantangan zaman yang terus berubah, para ahli menyarankan agar orang tua lebih fleksibel dalam menerapkan pendekatan pengasuhan. Kuncinya adalah mengenali kebutuhan anak, membangun kepercayaan, dan menjadi pendamping yang siap memberi arah tanpa merampas kemudi dari tangan anak.
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami