HARIAN NEGERI, 5 Mei 2025 – Di tengah kesibukan orang tua dan tekanan akademik anak, seorang ibu menemukan cara sederhana namun berdampak besar dalam membangun komunikasi yang sehat dengan anak laki-lakinya: ngobrol sebelum tidur. Rutinitas kecil ini ternyata menjadi kunci membentuk keberanian anak dalam mengekspresikan diri.
"Awalnya, obrolan kami hanya lima menit. Kadang bisa sampai setengah jam, tergantung seberapa dalam perasaannya malam itu," ungkap sang ibu yang membiasakan rutinitas tersebut sejak anaknya duduk di bangku sekolah dasar.
Bukan tentang tugas sekolah atau nilai ujian, obrolan malam mereka justru menyentuh hal-hal yang tampak sepele—tentang teman yang menyebalkan, mimpi aneh, atau rasa takut yang tak sempat diungkap di siang hari. Namun justru dari obrolan sederhana ini, keajaiban komunikasi perlahan tumbuh.
Menurut sang ibu, banyak anak laki-laki tumbuh dalam budaya yang mengajarkan mereka untuk menahan emosi, tidak cengeng, dan tidak terlalu banyak bicara. "Anak cowok harus kuat," adalah pesan laten yang sering mereka dengar. Akibatnya, tidak sedikit anak laki-laki yang kesulitan memahami dan mengungkapkan isi pikirannya.
“Padahal bicara bukan tanda kelemahan,” tegasnya. “Ini adalah fondasi penting bagi kepercayaan diri dan kesehatan mental.”
Dengan mendengarkan tanpa menghakimi, ibu ini berhasil membangun ruang aman bagi anaknya untuk mengenali dan mengekspresikan emosinya. Hasilnya, anak menjadi lebih percaya diri, sopan dalam menyampaikan pendapat, dan tidak takut menunjukkan rasa sedih maupun lelah.
Menutup ceritanya, sang ibu mengajak para orang tua untuk tidak menunggu momen istimewa untuk membangun kedekatan dengan anak. "Coba mulai malam ini. Matikan lampu, tarik selimut, dan tanyakan dengan lembut, ‘Hari ini gimana rasanya?’ Lalu dengarkan. Mungkin dari sanalah koneksi itu tumbuh.”
Hal ini menjadi pengingat bahwa kehangatan komunikasi tidak selalu memerlukan metode khusus. Kadang cukup dengan kehadiran utuh dan hati yang terbuka.
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami