HARIAN NEGERI - Dikutip dalam laman cnn.com, Elon Musk mengumumkan pengurangan drastis perannya di Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) mulai Mei mendatang. "Saya akan kembali fokus membangun masa depan Tesla," ujar Musk dalam konferensi pers virtual yang digelar bersamaan dengan rilis laporan keuangan kuartal pertama 2024 yang menunjukkan laba bersih Tesla anjlok 71% secara tahunan.
Keputusan ini diambil di tengah badai kritik atas keterlibatan Musk dalam pemerintahan Trump yang dinilai banyak pihak sebagai biang kerok merosotnya penjualan Tesla. Data menunjukkan, dalam tiga bulan terakhir, perusahaan hanya mampu mengirimkan 386.000 unit kendaraan, angka terendah sejak kuartal kedua 2021.
Di Eropa, situasi semakin runyam. Aksi protes oleh aktivis lingkungan terjadi di depan showroom Tesla di Berlin, Munich, dan Paris. "Kami tidak akan diam melihat Tesla menjadi alat politik ekstrem kanan," teriak salah seorang demonstran yang videonya viral di media sosial. Yang lebih mengkhawatirkan, pangsa pasar Tesla di Tiongkok, pasar terbesar kedua setelah AS, tersalip BYD untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Musk dengan tegas membantah semua kritik tersebut. "Mereka yang protes adalah pihak-pihak yang selama ini menikmati pemborosan anggaran negara," sangguhnya dengan wajah merah padam. Ia mengklaim kerja samanya dengan DOGE justru menyelamatkan ekonomi AS yang menjadi pasar utama Tesla.
Namun fakta di lapangan berbicara lain. Biaya produksi Tesla melonjak 12% akibat kebijakan tarif impor komponen dari Asia. Sementara itu, desain Model 3 yang sudah berusia tujuh tahun dinilai sudah tidak kompetitif menghadapi rival seperti Hyundai Ioniq 6 atau BYD Seal.
Di tengah krisis ini, Musk justru membuat janji-janji ambisius. Ia menjanjikan peluncuran robotaxi tanpa kemudi pada 2025 dan model mobil listrik murah seharga $25.000. "Kami sedang menciptakan era baru transportasi otonom," ujarnya penuh keyakinan. Namun banyak analis meragukan klaim ini, mengingat hingga kini regulasi mobil otonom di AS masih belum jelas.
Reaksi pasar terbelah. Saham Tesla sempat melonjak 4% usai pengumuman mundurnya Musk dari DOGE, tetapi kemudian turun lagi setelah analis mengingatkan tentang masalah mendasar perusahaan. "Ini seperti menempelkan plester pada luka borok," komentar Rebecca Lindland, analis otomotif ternama.
Bagi konsumen seperti Andi, 37 tahun, pemilik Model Y di Jakarta, situasi ini mengkhawatirkan. "Saya baru saja membeli Tesla tahun lalu. Sekarang khawatir nilai jualnya akan anjlok jika perusahaan dianggap tidak stabil," keluhnya.
Sementara itu, kompetitor seperti Ford malah memanfaatkan situasi dengan menawarkan program trade-in khusus untuk pemilik Tesla. "Kami siap menyambut para pelanggan yang kecewa dengan Tesla," ujar CEO Ford Jim Farley dalam pernyataan yang sengaja dibuat ringan namun menusuk.
Yang menjadi pertanyaan besar sekarang adalah apakah Musk benar-benar akan melepaskan diri dari dunia politik, atau ini hanya strategi pencitraan semata. Sumber internal di DOGE mengungkapkan bahwa Musk masih akan terlibat dalam rapat-rapat penting departemen tersebut.
Dengan utang jangka pendek mencapai 12miliar dan biaya pengembangan teknologi otonom yang menghabiskan 1 miliar per kuartal tanpa hasil nyata, masa depan Tesla tergantung pada kemampuan Musk mewujudkan janji-janjinya, sesuatu yang semakin sulit dipercaya investor. Seperti kata Gordon Johnson dari GLJ Research, "Ini bukan lagi tentang mobil listrik, tapi tentang kepercayaan pada sosok Elon Musk sendiri."
Di penghujung konferensi pers, ketika ditanya apakah Tesla berada di ambang krisis terburuknya, Musk hanya tertawa getir. "Kami selalu selamat dari setiap krisis. Kali ini tidak akan berbeda." Namun nada suaranya yang kurang meyakinkan justru meninggalkan lebih banyak tanda tanya daripada jawaban.
Tinggalkan komentar
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai *
Top Story
Ikuti kami