__temp__ __location__

HARIAN NEGERI, 11 Mei 2025 - Sebagai orang tua, keinginan untuk melindungi anak adalah hal yang wajar. Namun, ketika keterlibatan tersebut berubah menjadi kontrol yang berlebihan, kita memasuki wilayah yang dikenal sebagai helicopter parenting. Istilah ini menggambarkan orang tua yang "mengitari" anaknya seperti helikopter, selalu siap campur tangan dalam setiap aspek kehidupan anak untuk mencegah kegagalan atau ketidaknyamanan.

Ciri-Ciri Helicopter Parenting

Beberapa tanda umum dari pola asuh ini meliputi:

1. Mengambil alih tanggung jawab anak, seperti menyelesaikan tugas sekolah atau menyelesaikan konflik sosial atas nama mereka.

2. Mengatur secara berlebihan, jadwal, pertemanan, dan kegiatan anak.

3. Mencegah anak menghadapi risiko atau kegagalan, bahkan dalam situasi yang aman dan sesuai usia.

4. Kesulitan memberi ruang bagi anak untuk membuat keputusan sendiri, Meskipun niatnya untuk melindungi, perilaku ini sering kali tidak disadari oleh orang tua sebagai bentuk overproteksi.

Dampak Negatif bagi Anak

Penelitian menunjukkan bahwa helicopter parenting dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi perkembangan anak, antara lain:

1. Kurangnya rasa percaya diri: Anak menjadi ragu terhadap kemampuannya sendiri karena terbiasa bergantung pada orang tua.

2. Kesulitan dalam mengatasi masalah: Anak tidak terbiasa menghadapi tantangan atau membuat keputusan sendiri.

3. Peningkatan risiko kecemasan dan depresi: Kontrol berlebihan dapat menghambat perkembangan emosional anak.

4. Keterlambatan dalam kemandirian: Anak mungkin mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan mandiri saat dewasa.

Dampak-dampak ini dapat memengaruhi kesejahteraan anak dalam jangka panjang, termasuk hubungan sosial, akademik, dan profesional mereka.

Tips Menghindari Helicopter Parenting

Untuk mendukung perkembangan anak yang sehat dan mandiri, pertimbangkan langkah-langkah berikut:

1. Berikan kesempatan bagi anak untuk belajar dari kesalahan: Pengalaman adalah guru terbaik dalam membangun ketahanan dan kemandirian.

2. Dukung tanpa mengendalikan: Bersikaplah sebagai pendukung yang siap membantu saat dibutuhkan, bukan sebagai pengendali setiap aspek kehidupan anak.

3. Dorong pengambilan keputusan sendiri: Biarkan anak membuat pilihan sesuai usia mereka, sambil memberikan bimbingan yang diperlukan.

4. Fokus pada pengembangan keterampilan hidup: Ajarkan anak keterampilan praktis yang akan membantu mereka menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.

Memahami batas antara dukungan dan kontrol adalah kunci dalam pengasuhan yang efektif. Dengan memberikan ruang bagi anak untuk tumbuh dan belajar secara mandiri, orang tua membantu mereka berkembang menjadi individu yang percaya diri dan resilien.

Melisa Ahci

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Your experience on this site will be improved by allowing cookies. Kebijakan Cookie