__temp__ __location__

HARIAN NEGERI – Saham Marvell Technology turun 16% pada hari Kamis setelah perusahaan mengeluarkan prediksi pendapatan yang hanya sedikit di atas perkiraan, yakni sekitar $10 juta lebih tinggi. Meski terlihat positif, angka ini justru menimbulkan kekhawatiran karena menandakan perlunya investasi besar untuk infrastruktur kecerdasan buatan (AI).

Marvell merupakan salah satu pemasok utama chip AI kustom untuk perusahaan teknologi besar. Namun, prediksi pendapatan yang terbilang pas ini membuat investor ragu, terutama di tengah kemajuan teknologi murah dari startup China, DeepSeek. Investor kini menunggu hasil keuangan dari Broadcom—pesaing utama Marvell—yang dijadwalkan akan diumumkan kemudian hari. Saham Broadcom turun sekitar 4%, sedangkan Nvidia turun 2%.

Sektor chip secara keseluruhan juga terdampak. Indeks Semikonduktor Philadelphia turun 5% pada tahun 2025, menyusul kenaikan hampir 20% pada tahun sebelumnya. Analis dari Melius Research menyatakan bahwa kenaikan pendapatan Marvell yang hanya sedikit di atas ekspektasi justru membuat pasar semakin gelisah.

CEO Marvell, Matt Murphy, menyebutkan bahwa perusahaan telah melampaui target pendapatan AI sebesar $1,5 miliar untuk tahun fiskal 2025 dan berharap bisa mencapai lebih dari $2,5 miliar pada tahun fiskal 2026. Namun, analis J.P. Morgan menyebutkan bahwa penurunan permintaan untuk produk-produk data center seperti kabel ethernet dan saluran fiber turut mempengaruhi kondisi ini.

Di samping itu, pergeseran belanja perusahaan teknologi besar yang kini lebih mengutamakan chip AI telah melemahkan permintaan atas peralatan jaringan, yang merupakan bisnis inti Marvell. Chip kustom yang mereka produksi pun memberikan margin keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan prosesor standar. Marvell memperkirakan margin kotor untuk kuartal April sekitar 60%, turun lebih dari dua poin persentase dibandingkan tahun sebelumnya.

Setidaknya sembilan pialang menurunkan target harga saham Marvell dengan median target berada di angka $130, menawarkan potensi kenaikan 44% dari harga penutupan terakhir jika kondisi pasar membaik.

Afian Dwi Prasetiyo

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *