Oleh: Safril Ismail, S.Ked (Ketua Umum Komisariat Kedokteran HMI Cabang Ternate)
Sore ini 20 april 2025 tepat pada pukul 14.10 saya merasa ada sambaran kilat rindu, bukan pada siapa-siapa namun pada Rumah Suci (HMI) yang saya cintai, begitulah rindu, rindu adalah penderitaan dari kedekatan yang jauh. Rindu yang akhir-akhir makin berat karena tak lagi banyak menghabiskan waktu di ruang-ruang HMI membuat saya harus meresepkan surat kabar duka ini pada kader-kader yang berhimpun di rumah suci ini.
Dengan penuh memohon Rahmat Allah Swt. Saya memohon pertolongan agar tulisan ini berangkat dari nawaitu yang jernih agar tetap dalam takaran pikiran yang sehat, perasaan yang kuat, dan tindakan yang tepat. Berangkat dari judul di atas mengandung makna bagaimana saya dalam menganalisis fenomena HMI akhir-akhir ini yang lambat laun menuju pada ajal keruntuhan, sebab HMI tak lagi di huni oleh nyawa-nyawa yang dapat bersenyawa dengan tujuan HMI. Saya mengandalkan cara berpikir saya dalam berhermeneutik persis seperti saya berusaha tajam dalam mendiagnosa pasien dari gejala-gejala yang kadang pada pasien dapat terlihat jelas namun beberapa terlihat abu-abu.
Hasil perenungan panjang (kontemplasi) pada malam-malam panjang membawa saya pada satu akar maslah kemunduran HMI akhir-akhir ini, dan akar masalah itu dengan penuh kecermatan saya merasa penting dan perlu untuk mendiagnosa gejala yang ada.
Saya ingin bilang HMI tak pernah salah, HMI tak pernah blunder, HMI tak merasa menjadi Pahlawan, HMI tak merasa paling benar, HMI tak pernah merasa dewa, HMI bukan robot yang dapat di gerakkan dengan remot, HMI bukan AI yang dapat memuaskan sedikit banyak kebutuhan umat manusia akhir-akhir ini, HMI adalah HMI diam tak kemana-mana, namun yang membuat HMI ini terlihat, HMI termanifestasi, HMI bergerak, HMI aktif, HMI eksis adalah tergantung pada nyawa-nyawa yang ada di dalam ruang HMI ini.
Namun tampaknya satu akar masalah yang menyebabkan ketidaknormalan (patologis) pada anggota dan kader HMI akhir-akhir ini adalah, karena matinya jiwa kader HMI dan yang saya takutkan terjadi kematian masal, jika ini terjadi maka HMI yang usianya telah tua ini akan segera di jemput maut. Melalui pendekatan neurosains, psikologi, genetika dan biokimia saya berani untuk mengalamatkan satu analisis saya untuk mendiagnosa kader HMI abad ini.
Tajamkan pikiran, jujur pada perasaan dan kuatkan raga, renungkanlah diagnose saya ini, kemunduran HMI akhir-akhir ini karena banyak kader HMI yang berulang kali putus syahadat, saya minta untuk anda ulangi kalimat tebal itu sekali lagi, jika bisa ulangi 3 kali, jika tidak keberatan ulangi 5 sampai 10 kali, agar Dia yang memberimu nafas saat ini bisa membantu anda terlepas dari belenggu kesadaran palsu, Dia yang tak sanggup anda rasakan kedekatannya karena ketebalan kemunafikanmu, Dia yang berulang kali anda bunuh dengan sadis hanya karena terlena dengan dunia yang tak selalu manis.
Wahai kader, bangunlah dari tidurmu, terlalu miring anda lelap, saking miringnya anda tidur hingga kemiringannya melawan hukum gravitasi dan karena kemiringan membuat otak di kepala anda juga ikut miring. Apakah diagnosa saya diatas benar atau meleset silahkan anda tafsir sendiri dan mari sama-sama merefleksikan uraian saya nanti agar hasil tafsiran dalam teks ini tidak terlihat ngawur.
Realitas atau ruang dan waktu di abad ini sudah sangat di banjiri dengan interpretasi-interpretasi yang kadang tepat makna tak jarang juga mengalami misinterpretasi, dan yang paling senang bermain di ruang kelas interpretasi adalah kader-kader HMI. Namun hasil dari proses panjang kadang kala dikhianati oleh diri sendiri karena tak sanggup untuk menjaga jiwa agar tetap hidup, dan ketidak sanggupan menjaga jiwa agar selalu hidup perlahan akan mati, dan matinya jiwa sangat berkomplikasi seorang hamba yang ber-Tuhan juga membunuh Tuhannya.
Agar teks ini tidak kelihatan ngawur mari kita bedah hasil kajian saya melalui pendekatan neurosains, psokologi, teori genetika, dan biokimia. Perlahan kita mulai dengan mengartikan jiwa terlebih dahulu sebab disinilah letak masalah kenapa diagnosa putus syahadat terjadi.
Dalam psikologis manusia hidup bagi saya belum tentu hidup, berbeda dengan konsep hidup dalam bilogis jika dia hidup dia memang benar-benar sedang hidup, mudah saja membedakannya hidup secara biologis dapat dilihat dari manusia bisa makan, minum, tidur, ngopi, pacaran, bercanda dengan kawan, pergi ke kampus, segala aktivitas yang terlihat dapat dimengerti jelas dalam pendekatan ini kita mudah menilai dimana makhluk yang hidup hanya dalam batas memenuhi kebutuhan biologisnya. Silahkan anda mendiagnosa diri anda sendiri apakah anda juga demikian ataukah masih dalam kewarasan.
Jika anda bingung mari coba gunakan seni memahami anda untuk paham apa itu sehat? Hampir setiap hari di pertemuan baik di kampus, di kantin, di warkop, para kader selalu berjabat tangan dan tak jarang yang keluar dari mulutnya adalah menanyakan kabar dengan singkat, hay kawan sehat? Sangat sering di balas dengan, yaa sehat, bagaimana dengan anda, juga dengan jawaban yang sama, sehat juga.
“Mari Lebih Kritis Wahay Kader HMI”
definisi sehat menurut “World Health Organization” (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat” ini juga terkonfirmasi bagaimana ketika saya bedah dalam buku filsafat kedokteran Henrik R. Wulf, di mana pada bab halaman pembahasan manusia dalam pandangan hermeneutik sangatlah berbeda denga mesin karena kritik beberapa filsuf di dalamnya seperti Heidegger dan Habermas melesat tajam pada beberapa kalangan medis yang cenderung melihat manusia disamakan dengan sebuah mesin mobil atau motor, sehingga disaat mesin itu sakit atau mengalami kerusakan akan di bawakan ke bengkel untuk segera di perbaiki.
Hal Ini juga tak sepenuhnya salah sebab ada beberapa kemiripan bagaimana ketika seseorang yang mungkin patah tulang atau mengalami rupture uretra akan dibawah ke ruangan oprasi untuk segera ditindak pembedahan guna memperbaiki cedera yang terjadi dengan sigap untuk tulang Spesialis bedah ortopedi (Sp.BO) dan untuk rupture uretra atau cedera pada saluran kemih bawah akan ditangani spesialis bedah urolog (Sp.U) ini sepintas juga seperti mesin rusak yang di bawah ke bengkel.
Akan tetapi pada kenyataannya, manusia adalah makhluk Tuhan yang kompleks, hampir mengandunng berbagai macam senyawa kimia di dalam tubuhnya dan berbagai mikroba makhluk-makhluk kecil yang perannya tidak sekecil struktur tubuh yang menyusunnya sehingga manusia sering di katakana sebagai makhluk mikrokosmos.
Kompleksitas ini menjadi bahan kajian para penganut evolusi yang menghabiskan waktu berabad-abad hanya untuk melacak titik awal peradaban makrokosmos yang di huni oleh mikrokosmos ini, dan jika anda buka di karyanya Matt Ridley ketika mengutip Dawkins dan Darwin pada pembahasan kromosom 7 yang memiliki keterkaitan dengan naluri sedikit menyinggung kilas balik dari seleksi alam yang dicirikan adanya kejadian adaptasi kompleks sehingga mikroba yang sanggup bertahan pada masa ekstrim waktu itu menjadi pelopor bereproduksinya gen hingga saat ini.
Gen-gen yang pertaliannya ini diyakini tak pernah terputus ini selalu dipaksa membuka mulutnya untuk berbicara mengungkap misteri alam semesta, sayangnya sejauh ini gen-gen yang berhasil bermutasi belum dapat bersahabat dengan manusia sehingga rahasia masih tetap tersimpan di saku-saku celana gen-gen yang masih bertahan atau yang telah punah.
Jika kromosom 7 membahas tentang naluri dan Ridley menemukan ada korelasi dengan pembendaharaan kata pada manusia ini merupakan kemajuan dalam teori genetika, namun kita fokuskan kembali pada topik pembahasan sehat. Mungkin tadi sudah sedikit banyak saya coba terangkan entah itu jelas bagi anda si pembaca atau belum begitu cukup saya sederhakan, nanti bisa di lain kesempatan kita diskusikan.
Kita coba telaah definisi sehat WHO dan juga pendapat filsuf yang melihat dari sudut hermeneutik ternyata saya menemukan ada titik temu bahwa WHO sepakat harus ada kata fisik, mental (jiwa), dan sosial, begitu juga dengan pandangan hermeneutik yang melihat jiwa adalah sifat pokok yang harus dimiliki oleh makhluk yang bernama manusia, sifat pokok ini Kierkeegard mengumpakan seperti keberlobangan sebuah cangkir yang mengharuskan itu ada sebagai jalur untuk memasukan bahan cair seperti kopi, teh, sirup dan lainnya. Jadi bisa dibilang jika manusia tanpa jiwa sepertinya makhluk itu bukan lagi manusia atau ada yang salah dengan kemanusiaannya.
Lalu memangnya jiwa ini apa, bagaimana cara memahami jiwa, sementara ketika jiwa ini disamakan dengan mental maka ini memberi makna adalah sesuatu yang abstrak atau tidak dapat di padatkan. Tenang para pakar neurosains dan psikologi punya jawabannya tetaplah serius membaca teks ini simak yang akan saya terangkan. Jiwa tidak sesulit yang anda bayangkan, jiwa pada dasarnya setiap waktu membersamai manusia disetiap rangkaian kehidupan, namun untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa diperlukan pengkajian mendalam agar tidak salah dalam mendiagnosa kondisi jiwa ini.
Jika kita merujuk pada etimologi kita bisa mendengar kata "Psyche" (ψυχή dalam bahasa Yunani) memiliki beberapa arti yang terkait, namun secara umum merujuk pada jiwa, pikiran, atau roh. Kemudian jika kita meminta pakar psikologi untuk berdiskusi, dia akan melayani anda dengan jawaban jiwa atau "Psyche"mengacu pada tiga unsur penting yaitu pikiran, perasaan dan perilaku.
Lalu apa sulitnya menilai jiwa, anda tinggal perhatikan pikiran anda, perasaan anda, dan proses tafsiran pikiran dan persaan anda yang terejawantahkan pada realitas ruang dan waktu dalam bentuk perilaku atau tindakan itulah jiwa anda. silahkan perlahan belajar mendiagnosa diri anda, temukan ada seorang aku di dalam aku.
Jika anda masih belum begitu puas karena merasa ini semacam akal-akalan permaianan kata di atas kertas, dan akal juga akan anda sebut sebagai sesuatu yang abstrak tak ada satu materi objektif untuk mengetahui akal yang juga bagian dari jiwa ini ada bukti ilmiahnya sebagai standar kebenaran objektif.
Tenang, mungkin selepas membaca teks ini saya harap anda main-main ke Gramedia terdekat bukan datang untuk berpose agar terlihat seperti mahasiswa kritis karena dekat dengan buku melainkan carilah karyanya Daniel Goleman Emotional Intelligence didalam sini akan membayar keraguan anda yang masih sangat erat memeluk kejiwaan yang anda palsu-palsukan.
Pikiran, perasaan, perilaku (tindakan), duanya masih kesan abstrak namun tindakan cukup bisa dimengerti. Bagaimana cara mengerti pikiran dan rasa? Jika anda hobi logika ini sering ditekskan dalam buku-buku logika sebagai jantung atau nyawa logika adalah pikiran.
Untuk mengerti suatu pikiran dan rasa, harus melalui perkataan atau tulisan seseorang karena selama pikiran dan rasa itu masih mendiami ruang internal diri seseorang sampai ayam jantan bertelurpun anda tidak akan dapat mengerti apa yang orang itu pikirkan dan apa yang orang itu rasakan, lalu bagaimana dengan yang bisu (tunawicara) apakah dengan tidak dapat berbicara maka jiwanya hilang.
Hey kader Tuhanmu tak seidiot itu menghidupkan makhluknya seremeh-temeh itu, jangan samakan logika anda dengan logika Tuhan, anda takan sanguup, anda harus lebih tenang melihat lalu menganalisis kecanggihan ciptaannya. Tentu orang bisu memiliki jiwa, karena dia memiliki pikiran dan rasa namun pada tunawicara dan tunarungu sangat memiliki keterbatasan dalam komunikasi dikarenakan pembentukan yang terganggu atau adanya kerusakan struktur otak yaitu tepatnya didepan lobus forntal yang disebut area broca berfungsi sebagai mengolah bicara dan satunya lagi area wernicke bekerja sama dengan motorik untuk memungkinkan manusia berbicara dan memahami bahasa.
Jadi jelas bahwa bisu bukan berarti tak memiliki jiwa melainkan kelemahan bicara dan memahami bahasa dan untuk memahami mereka hanya lewat bahasa-bahasa isyrat sebagai bentuk pikiran dan rasa orang bisu ini dipadatkan lalu dipahami oleh lawan bicaranya dan tentunya itu sangat terbatas.
Apakah sudah menjawab keraguan anda? mari kita perjelas lagi dengan struktur otak dikepala anda yang tak mampu anda rawat sehingga jiwa anda gelap. tak perlu diragukan lagi kader ketika dituangkan kopi dan di bakar menyala batangan dijarinya lalu mulailah tangannya mengudara, lidahnya menari di rongga mulut, dan sebagian otot wajahnya turut tak mau ketinggalan menemani aksi-aksi lidah dibawah langit mulut.
Segera lemparkan umpan pertanyaan, atau ujilah dia dengan 5 materi wajib, SPI, NDP, MISSION HMI, Konstitusi, KMO, atau anda masih mau lihat kehebatannya nonton saja dia dalam menjelajahi pemikir mulai dari barat sampai timur, untungnya tak ada pemikir di luar angkasa jika ada sudah diajak diskusi duduk di meja kopi.
Sayangnya kekayaan intelektual yang tertata rapi di dalam tulang tengkorak para kader ini tidak diimbangi dengan refleksi, dan jika tidak adanya refleksi saya sebut proses kader bukanlah proses yang serius karena hanya sebatas mengisi ruang HMI untuk menambah eksistensi namun tidak berlanjut pada esensi, jelas bahwa eksistensi memang harus mendahului esensi namun jika eksistensi ini berlebihan, dan sesuatu yang berlebihan adalah racun maka anda jangan heran tak sedikit kader yang mati jiwanya.
Apakah anda ingin bukti? saya punya bukti kuat, dan saya rasa anda juga rasa apa yang saya rasa, dan saya pikir anda juga akan memikirkan apa yang saya pikir, jadi mari kita uji olah pikir dan olah rasa ini pada teks yang ada ditangan anda ini. Sebelum saya berikan anda fakta saya terangkan dulu struktur otak yang akan sama-sama kita pakai dalam menafsir teks ini.
Bagi kader kedokteran mungkin akrab dengan Pre-frontal Cortex (PFC), amigdala dan hipokampus. Tiga struktur otak inilah yang sangat diandalakan kader di atas meja kopi, di kamar kosan, di kantin, di forum-forum, dan di mimbar-mimbar, yang paling menyeramkan bagi saya adalah kader sangat fasih mempresentasikan Islam, Iman, dan Ihsan atau lebih ke hobi banyak kader yaitu ideopolstratak yang tadinya dipertegas oleh para pemikir mungkin tidak begitu jorok malah di bumbui oleh kader-kader yang PFC dan amigdalanya tak rajin di cuci sehingga dapat memutar balikkan teori 180 derajat yang baik bisa jadi buruk, yang benar bisa jadi salah, yang indah bisa jadi jelek. Pesan untuk para kader, Rumah ini terlalu suci untuk PFC dan amigdala yang tak bertanggung jawab.
Baik, kita lanjut pada bukti kebenaran, karena hanya kebenaran yang mampu mendatangkan keyakinan dan kepercayaan, maksimalkan PFC dan amigdala anda kita akan melacak bukti, dan tak perlu banyak bukti, karena bukti yang satu ini saya rasa sudah cukup membungkam anda, sebelumnya saya teringat pesan almarhum tete filsuf dari patani tinggal di pesisir pantai kipai biasa di sapa Tete Sokrates, “jika anda menasehati seseorang tentang kebenaran, akan ada dua respon, apa itu? Orang bodoh akan tersinggung dan orang bijak akan merenung” begitu kira-kira kata almarhum Tete Sokrates, terimakasih Tete sungguh sangat mengandung makna dan relevansi yang sangat mengena.
Baik, pernahkah anda berjuang di jalan, atau yang sering di istilahkan para kader-kader kritis adalah berkuliah di jalan, saya rasa hampir 90 persen kader HMI pernah mendapatkan pengalaman ini, dan bahkan ada yang lebih dari 20 atau bahkan 50 kali. Kira-kira apa fenomena yang anda lihat? mulai dari berjalan ke satu titik aksi ke titik aksi lainnya, dengan jarak tempuh yang bisa dibilang membakar kalori yang sangat banyak, apakah di sela-sela korlap dan moderator orator mengistruksi untuk beristrirahat apakah anda dapat merasakan kegelisahan? Kira-kira, jika aksi demonstrasi memiliki tiga titik yang harus dijangkau, dan masing-masing titik memiliki jarak yang tidak dibilang dekat kemudian masa aksi dengan basis 500-1000 orang dan memulai dari titik awal aksi pada pukul 11.00 walaupun kader HMI sangat kental budaya karet, dan target tiba di titik aksi betrikutnya adalah pada pukul 14.30. apakah anda sudah meraba-raba maksud saya? Kurang lebih 12.50 adalah waktu memasuki ibadah sholat zuhur waktu setempat, dan dalam proses bergerak masa aksi kira-kira berapa masjid yang terlewati, berapa tempat wuduh yang sunyi, berapa sendal yang terlihat di anak tangga masjid? Silahkan anda jawab sendiri saya tidak akan panjang lebar.
Kemudian, saat sampai pada titik aksi yang pertama kurang lebih diatas target awal yaitu pukul 15.15, diam lalu anda saksikan sederet orator yang di panggil moderator orator dengan sangat sigap dan wajah yang haus akan mic tak sabar melantangkan suara di hadapan masa aksi "Rodhitu billahi robba wabil islami dina wabi muhammadin nabiyya warasula" bahkan kemudian di pertegas "Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin".
Dengan narasi orasi yang telah dilatih di kamar dengan sisa ampas kopi semala membakar menyala masa aksi “wahai kawan-kawan kita datang kesini untuk berjuang, bagaimana banyak rakyat yang menangis karena kezoliman rezim di negeri ini, maka itu masa aksi, mari sama-sama kita satukan langkah, biarpun gunungkan kita daki, lautankan kita sebrang” stop-stop disini, ulangi lagi narasi orasi barusan, gunungkan ku daki, lautankan ku sebrangi masjid kalian lewati, bagaimana perjuangan menuju kemenangan حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ . amigdala dan PFC anda perlu obat penenang sepertinya masa aksi pada terdiagnosis gangguan kejiawaan, kira-kira apakah tepatnya kita menyebut ini fenomena fisiologis atau patologis.
Silahkan tanyakan pada diri anda karena anda masih bernyawa, dan karena anda masih bernyawa anda juga masi punya jantung yang berdetak, dan karena jantung anda masih aktif berdenyut memopan darah ke otak tanda otak anda masih merespon O2 dan energi dalam sel-sel darah anda, dan karena otak andapun masih aktif tandanya anda saat ini masih hidup, dan karena anda masih hidup maka segeralah diagnosa diri anda apakah anda hidup secara bioligis namun mati secara psikologis (jiwa) itu tergantung bagaimana anda dalam menafsir kisah demonstran yang baru saja kita sama-sama lewati dimana terjadinya banyak manusia 500-1000 manusia yang membunuh Tuhannya dalam waktu yang bersamaan secara serentak terjadi sekaligus.
Apakah bukti ini tidak begitu kuat untuk diagnosa patologis kader yang setiap detik, setiap menit berulang kali membunuh Tuhannya, mengalahkan Friedrich Nietzsche kecil yang waktu itu dihadapan kermaian dengan spontan menyampaiakan persesuaian antar pikiran dan kenyataan Tuhan telah mati kalian telah membunuhnya. Keradikalannya sehinnga terkenal dengan filsuf yang memproklamirkan TUHAN TELAH MATI namun Nietzsche tidak seburuk Kader HMI, Nietzsche tetaplah Nietzsche karena Nietzsche tidak bercerita Islam, Nietzsche tidak bahas NDP, Nietzsche tidak bahas iman dan ihsan yang kader bahas, tragis di aksi demonstrasi hari itu banyak kader yang melampaui Nietzsche.
Saya pikir itu sudah jadi bukti kuat dengan tafsiran saya dengan mencoba memahami kader melalui seni memahaminya Derida dengan Dekonstruksinya, namun di tulisan kali ini saya hanya sedikit membongkar untuk mengkonstruk kembali apa yang telah saya bongkar nantikan tulisan saya yang selanjutnya.
Intinya teks ini berangkat dari Bahasa Cinta akan Rumah Suci Himpunan Mahasiswa Islam, yang didalamnya sudah terkandung nafas suci hanya karena para penghuni Rumah ini tidak sanggup untuk bersenyawa dengan HMI sehingga bertebaran parasit-parasit dan virus-virus yang obatnya belum ditemukan sampai saat ini. ulangi lagi berulang kali PUTUSNYA SYAHADAT KADER.
Okay, kita hampir tiba pada kesimpulan tulisan ini namun saya ingin menceritakan tentang pemerintahan anatomi tubuh. Sejatinya kecerdasan tidak terbentuk di ruang hampa, kecerdasan membutuhkan stimulus dan dorongan dari lingkungan, ini sudah cukup di kaji oleh Ridley dalam kromosom 6 dan kemudian saya coba untuk gunakan sebagai bahan menganalisis kualitas kader.
Kecerdasan tidak hanya dikaitkan dengan kromosom 6 namun juga ada pada kromosom 11 yang lebih sedikit mendekati apa yang baru saja kita bahas yaitu indiviu-individu yang melampaui Nietzsche pada kromosom 11 Ridley menyibukkan dirinya untuk mendalami kepribadian, cukup komperhensif bagaimana dia menerangkan senyawa kimia yang sangat menentukan bagaiman kepribadian seseorang yakni dopamin dan serotonin namun dalam halaman bab akhir dia lebih banyak membahas serotonin dan menegaskan setiap masing-masing orang memiliki kepribadian bawaan yang beragam dan beragam pula reaksi orang terhadap rangsangan sosial yang dapat diberitakan oleh neurotransmitter.
Ada gen-gen yang mengontrol lambat dan lajunya serotonin ada gen-gen yang mengubah-ubah tanggapan reseptor serotonin, ada gen-gen yang membuat bagian tertentu pada otak lebih reaktif terhadap serotonin dibanding bagian-bagian yang lain.
Komparasi antara kromosom satu dengan yang lain antar kader yang satu dengan kader yang lain tampaknya lingkungan sosial dan kepekaan sosial sangat memiliki hubungan dengan kodisi keimanan seseorang (kader), dan saya menyimpulkan HMI sepasca transisi Cak Nur mengalami kondisi patologis yang masif.
Saya tidak mengatakan sudah punah untuk kader fisiologis namun sedang menuju pada jurang kematian masal jika patologis ini tidak segera di racik resep obat penawarnya, untuk hal itu sementara sudah saya sibukkan beberapa hari, namun karena kepadatan di ruang stase anak dalam masa Coass, mungkin saya cicil melalui tulisan ini dan doakan semoga buku saya dalam waktu dekat dengan memohon Rahmat Allah Swt segera terselesaikan.
Sebelum tulisan ini sampai pada derai rindu pada kalian semua wahay kawan seperjuangan panggilan حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ itu lebih tinggi dari panggilan senior yang di saat-saat membutuhkan anda menelpon anda serasa oprasi tekanannya sangat berlebihan sampai handphone anda rasanya mau meledak, panggilan حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ itu bukan suara senior yang meminta anda mengatur kesepakatan-kesepakat palsu seperti yang dikatakan Nietzsche “apa itu kebenaran, tak lebih dari kebohongan yang disetujui”.
Abad 21 (post-truth) ini sangat dibanjiri dengan fakta, karena fakta dan data yang banjir pada akhirnya lingkungan sosial menganggap biasa dengan suatu ketidakbenaran. Hoax, fake news, dan kebenaran-kebenaran palsu yang tak terbendung karena di ulang-ulang maka orang mengakui sebagai benar, gejala ini hanya dapat ditepis apa bila jiwa tidak mati, kesadaran tidak palsu, dan hidup dengan penuh keseriusan dan kesenian berpikir dan merasa.
Saya kira kader tahu 2 pesepakbola yang menjadi rival abadi di abad ini, Ronaldo dan Messi, orang sibuk memperdebatkan mereka berdua mana yang terbaik dengan membandingkan segala macam kemenangan yang telah di raih.
Ketahuilah kemenagan-kemenagan yang di raih mereka berdua adalah proses yang berangkat dari kseriusan, karena dengan keseriusan pemain dapat menjadi handal, dan kehandalan ini ditambah dengan seni dan ketenangan maka mereka berdua sangat mungkin menjatuhkan harga diri pemain lain ketika mereka menari diatas lapangan mempertontonkan hasil keseriusan yang lama mereka rawat, dan tentu membawa mereka pada banyak kemenangan.
Seyogianya kehidupan juga permainan, berproses di HMI juga permainan, namun kehidupan dan HMI bukan permaianan untuk dipermainkan begitu saja melainkan membtuhkan seni memahami dan keseriusan, hanya yang serius dalam permainan yang akan menjadi pemain handal dan kompoten, dan yang handal yang paling punya potensi meraih kemenangan حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ dan jalan-jalan menuju kemenangan adalah jalan-jalan yang selalu diringi ketenangan dan sumber ketenangan adalah Dia yang Maha baik dari segala yang terbaik, karena paham enkau hidup di bawah kolong langit membutuhkan banyak senjata agar menjadi alat bantu menuju jiwa yang tenang, dalam jiwa itu.
Dia memberikan anda 3 yang menempati struktur tubuh paling superior sebagai pusat pengambilan keputusan tertinggi yang pertama ada pre-frontal cortex (PFC), amigdala dan hipokampus. Segala data sumber informasi terarsip di hipokampus, dan amigdala berkoneksi dengan hipokampus untuk mengolah dan mentafsir segala macam yang terstimulus namun lebih spesifik amigdala berperan dalam penafsiran dalam seputaran yang berkaitan dengan emosional dan kemudian PFC yang mungkin tidak terlalu kuat untuk menyimpan memori PFC lebih aktif untuk dalam peran eksekutif, pengambilan keputusan tertinggi dan lebih menitikberatkan pada keputusan rasional.
Pergunakanlah ini dengan sebaik-baiknya, rawatlah tiga ini 5 kali sehari untuk selalu di jaga kesatbilan neurotransmitter dalam gerakan-gerakan sholat yang di desain Tuhan sedetail mungkin hanya untuk jiwa anda. Jika benar dalam gerakan sholat maka mekanisme tubuh anda akan merespon itu dengan proses homeostasis dalam siklus fisiologi anda, sayangnya banyak kader masih lalai sehingga abai, mereka hanya akan datang di saat butuh, seakan-akan Tuhan yang mereka sembah saat itu beda dengan Tuhan yang mereka abaikan sebelumnya.
Dalam pandangan semacam ini membutuhkan seni memahami yang tajam, jangan kira proses seni memahami hanya sebatas terproses di PFC dan amigdala, proses tafsiran itu akan menjadi perkataan, dan jika pemahaman Iman seorang kader itu baik, maka penafsiran PFC dan amigdala tidak akan hanya sebatas didiskusikan melainkan termanifestasi dalam wujud tindakan, (yakin secara hati, ucapakan dengan lisan, laksanakan dengan amal perbuatan).
Ibrahim a.s tidak hanya sebatas ingin merubah keadaan lewat pikiran maka dalam refleksinya Ibrahim a.s terlihat ada keseriusan seni memahami sehingga paham bagaimana cara mematahkan pikiran para penyembah berhala waktu itu. Seni konsep yang menuntut adanya gerak, dan gerak bersamaan dengan energi yang dihasilkan akan menimbulkan adanya aksi, dan dari aksi akan melahirkan rekasi. Begitu kira-kira sederhanya kesimpulan dalam proses yang serius lengkap dengan seni memahami setiap langkah keputusan harus benar-benar keputusan yang tidak menghianati pengetahuan dan ilmu yang sudah lama digali kemudian ditata rapi di perpustakaan otak (hipokampus). Namun bukan hanya sebagai hiasan tambahan di perpustakaan harus dipakai dalam kehidupan yang serius ini, agar ketika paham tentang iman, maka iman dijalankan dengan keseriusan bukan untuk dipermainkan sehingga jadinya iman-imanan, paham islam untuk diseriusi sehingga menjadi muslim yang taat dan menjaga syahadat di setiap nafas, jika islam tidak diseriusi, nanti seperti anak usia 5 tahun islam hanya islam-islaman. Mari berkontemplasi, kemudian refleksi agar mapu melakukan aksi sehingga dapat mentransformasikan jiwa dalam kehidupan yang lebih serius, lakukakan itu dengan ketenangan, mungkin yang tidak serius dalam kehidupan mereka terlihat senang-senang saja, ketahuilah, senang belum tentu tenang apa lagi menang. Dan menuju kemenangan kuncinya hanyalah keseriusan dan ketenangan.
Terakhir simaklah cerita pendek dibawah ini semoga dapat menjadi bahan refleksi. Selesaikan dulu politisasi dalam jiwa dan raga anda dulu, baru kemudian rasakan dampak bagaimana lingkungan sosial yang terangsang dengan perubahan diri anda juga akan mengikutinya. Ingat manusia tidak menulis kehidupan dengan perkataan manusia menulis kehidupan dengan tindakan. Segera ambil keputusan selepas ini anda akan tetap terdiagnosa gangguan jiwa atau kader patologis, ataukah anda akan segera melangkah sebagai bagian dari transformasi jiwa dari untuk kembali hidup.
Neurosains, Evolusi, Genom, Biokimia (Politisasi di Negri Anatomi)
dari pendekatan 4 di atas saya menemukan satu kemalang nasib beberapa anatomi tubuh manusia dikarenakan kecacatan manusia dalam bernalar (logika) yang sering banyak perkataan namun nihil tindakan, atau perkataan sangat tidak selaras dengan tindakan.
Pada fenomena ini sebenarnya dapat mengundang aksi demonstransi di dalam pemerintahan anatomi tubuh manusia yang di pimpin oleh pre-frontal cortex (PFC), dan di kawal pang 5 nya amigdala, kemudian di lengkapi dengan sekretarisnya hipokampus.
Kenapa saya katakan demikian, dikarenakan manusia-manusia yang menebarkan berita kebohongan atau kebenaran-kebenaran palsu sangatlah aktif di atas meja kopi, di kantin, di kosan teman, atau sesekali juga sangat lantang di forum dan di mimbar-mimbar, yang ternyata beberapa anggota tubuhnya yang pasif mengetahui silat lidahnya hanya sebatas omongan, akan tersipu malu, sebab yang dia presentasikan mulai dari teori, konsep, gagasan, atau sangat berani dan tuntas dia dalam terangkan islam, iman, ihsan, dan dibumbui dengan pemikir mulai dari barat hingga timur hampir tak ada yang kurang mungkin ada yang turut menemani lidah yaitu tangan yang kadang kala mengudara dan beberapa otot wajah yang tampil sangat ekspresif terlihat sangat aktif.
Yakin sungguh, tulang-tulang, otot-otot, pembuluh darah, saraf-saraf, neuron-neuron, sinaps-sinaps, dan sel-sel yang pasif karena tak ada aksi nyata dari perkataan di berbatang-batang rokok dan berliter-liter kopi yang habis adalah merupakan bentuk kepalsuan, topeng itu melekat di orang seperti ini sangat mengkilat.
Jika saja sel-sel dan neuron-neuron dan beberapa yang pasif tersipu malu tadi bisa bersuara, maka saya pastikan kumpulan sel dan kumpulan neuron akan bersatu melakukan tuntutan di pusat pemerintahan anatomi melakukan aksi protes pada presiden pfc, pang 5 amigdala dan sekretaris hipokampus untuk berhenti menjadikan lidah sebagai aktor lapangan yang malang hanya di paksa terus menari di atas perkataan-perkataan yang mines tindakan alis palsu.
Sayangnya anggota tubuh yang pasif hanya bisa mengeluh pada sel-sel dan neuron-neuron sambil mengharapakan semoga pusat pemerintahan anatomi mendapatkan Rahmat dan hidayah.
Akhir cerita, Catatan ini semoga menjadi refleksi kita sebagai kader HMI, Yakinkan Dengan Iman, Usahakan Dengan Ilmu, Sampaikan Dengan Amal (YAKUSA)
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami