Oleh: Adela Amran, S.Pd. (Bendahara Umum PW PII Maluku Utara)
Di era globalisasi yang semakin maju ini, perempuan-perempuan hebat sudah mulai kritis terhadap diskriminasi yang telah perempuan alami akibat dari sistem patriarki, mereka berperan penting dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan menciptakan lingkungan yang inklusif, perempuan hebat turut aktif dalam menggugah kesadaran terhadap ketidaksetaraan gender yang masih ada.
Mereka terlibat dalam berbagai gerakan, advokasi, dan kampanye untuk melawan diskriminasi, memperjuangkan hak-hak perempuan, serta menciptakan kesadaran akan dampak negatif dari sistem patriarki. Beberapa inisiatif melibatkan pendidikan, advokasi hukum, dan promosi kesetaraan dalam dunia pekerjaan. Semua ini mencerminkan upaya bersama untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua individu, regardless of gender.
Tepat di Hari ini, 21 April, di Indonesia diperingati Hari Kartini. Biasanya, berbagai acara peringatan bermunculan untuk merayakan hari kelahiran Raden Ajeng Kartini, sosok perempuan yang menjadi salah satu figur paling berjasa bagi perempuan-perempuan di Indonesia. Apakah perempuan harus tetap dibungkam dengan sistem patriarki? Apakah keluh perempuan harus tetap tertahan dalam hati saja? Tentu perempuan yang hebat adalah mereka yang mampu membuka suara, melawan dan memperjuangkan hak perempuan, bukan diam menerima segala penindasan.
Dengan banyak hal yang lalu lalang dalam hidup, kita selalu dihadapkan pada pilihan. Bagi perempuan, sebagian orang melihat pilihan yang ada terbatas ataupun “dibatasi” oleh hal-hal tertentu. Di hari kartini ini mengingatkan saya terhadap perjuangan pada masa RA Kartini dengan quote terkenalnya “Habis gelap terbitlah terang” menjadi salah satu sosok pertama yang dikenal berani membuat pilihan dan berani memperjuangkan pilihan yang dipilih.
Saat ini, apalagi dengan adanya sosial media, kita sengaja ataupun tidak disengaja, mengkritisi/dikritisi, menghakimi/dihakimi. Saat ini, penindasan terhadap perempuan adalah realitas yang masih banyak dalam masyarakat, penting untuk memerangi ketidaksetaraan gender dan mempromosikan hak-hak perempuan. solidaritas dan pendidikan adalah kunci mengubah pola pikir dan sistem yang mengutuk penindasan.
Partisipasi perempuan-perempuan saat ini, bukan sekedar menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat, partisipasi perempuan menyangkut peran tradisi dan transisi. Maraknya gerakan dan tuntutan terkait keadilan kesetaraan gender sudah dimulai diperjuangkan oleh R. A. Kartini, dimana emansipasi di unjung tonggak kebebasan perempuan untuk mengenyam pendidikan yang setara dengan laki-laki
Oleh karena itu, Hari Kartini mengingatkan saya akan kesempatan yang sangat berharga: kesempatan untuk mendalami pilihan yang ada, kesempatan untuk memilih, kesempatan untuk berani memilih, dan kesempatan untuk berani memperjuangkan hal-hal yang sudah dipilih.
Hari Kartini mengingatkan saya untuk bersyukur akan hal ini dengan memahami berbagai pilihan yang ada. Hari Kartini mengingatkan saya untuk mempelajari pilihan-pilihan yang ada sebelum memilih. Hari Kartini juga mengingatkan saya untuk menghormati perempuan-perempuan di luar sana yang sudah membuat pilihan (pilihan melawan kekerasan seksual) dan memperjuangkan pilihan itu.
adapun pilihan-pilihan yg lain yaitu pilihan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, pilihan untuk berumah tangga, pilihan untuk berkarir, pilihan untuk hidup mandiri, atau apapun itu.
SELAMAT HARI KARTINI🌹
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami