__temp__ __location__

Di era digital yang serba cepat, multitasking sering dianggap sebagai keterampilan yang penting untuk meningkatkan efisiensi. Banyak orang merasa lebih produktif ketika mereka mengerjakan beberapa tugas sekaligus, misalnya, membalas email sambil mengikuti rapat virtual atau menonton webinar sambil mengerjakan laporan. Namun, benarkah multitasking benar-benar meningkatkan produktivitas? Ataukah justru hanya membuat kita merasa sibuk tanpa hasil yang optimal?

1. Otak Kita Tidak Dirancang untuk Multitasking

Secara neurologis, otak manusia sebenarnya tidak mampu melakukan dua tugas kognitif secara bersamaan. Yang terjadi bukanlah multitasking dalam arti sebenarnya, melainkan task switching, yaitu perpindahan fokus dari satu tugas ke tugas lainnya dalam waktu singkat. Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), sering berpindah tugas dapat mengurangi efisiensi dan meningkatkan kemungkinan kesalahan.

2. Multitasking Mengurangi Kualitas Pekerjaan

Sebuah studi dari Stanford University menemukan bahwa orang yang sering melakukan multitasking cenderung memiliki kesulitan dalam menyaring informasi yang tidak relevan, mengatur perhatian, dan beralih dari satu tugas ke tugas lain dengan efektif. Akibatnya, mereka lebih sering melakukan kesalahan dan pekerjaan yang dihasilkan memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang fokus pada satu tugas dalam satu waktu. 

3. Meningkatkan Stres dan Kelelahan Mental

Multitasking tidak hanya berdampak pada produktivitas, tetapi juga kesehatan mental. Ketika kita mencoba untuk mengerjakan banyak hal sekaligus, otak harus bekerja lebih keras, yang dapat meningkatkan kadar kortisol (hormon stres). Studi dari University of Sussex menunjukkan bahwa orang yang sering melakukan multitasking dengan media digital memiliki densitas materi abu-abu yang lebih rendah di bagian otak yang berperan dalam kontrol kognitif dan emosi. Hal ini bisa menyebabkan peningkatan stres, kelelahan mental, dan bahkan kecemasan. 

4. Ilusi Produktivitas: Sibuk Bukan Berarti Efektif

Multitasking sering kali memberikan ilusi bahwa kita sedang bekerja keras karena kita terus berpindah dari satu tugas ke tugas lainnya. Namun, kenyataannya, pekerjaan yang dilakukan dengan cara ini sering kali memakan waktu lebih lama untuk diselesaikan. Sebuah penelitian dari University of California, Irvine, menemukan bahwa butuh rata-rata 23 menit 15 detik untuk kembali fokus setelah terganggu oleh tugas lain. Ini menunjukkan bahwa seringnya berpindah tugas justru membuat kita lebih lambat. 

5. Dampak Buruk bagi Kesehatan Otak

Dalam jangka panjang, kebiasaan multitasking dapat berdampak buruk pada otak. Penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa orang yang sering melakukan multitasking mengalami penurunan kapasitas memori jangka pendek dan kemampuan untuk berpikir mendalam. Artinya, multitasking bukan hanya membuat kita kurang produktif saat ini, tetapi juga bisa mengganggu fungsi otak di masa depan. 

Bagaimana Menghindari Jebakan Multitasking?

Agar lebih produktif, berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk menghindari multitasking yang berlebihan:

  • Gunakan teknik time blocking: Fokus pada satu tugas dalam periode waktu tertentu tanpa gangguan.
  • Hilangkan distraksi: Matikan notifikasi ponsel atau aplikasi yang bisa mengalihkan perhatian saat bekerja.
  • Prioritaskan tugas: Gunakan metode seperti Eisenhower Matrix untuk mengelompokkan tugas berdasarkan urgensi dan kepentingan.
  • Praktikkan mindfulness: Latih kesadaran diri dalam bekerja untuk meningkatkan fokus dan efisiensi.

Kesimpulan

Multitasking bukanlah solusi untuk meningkatkan produktivitas, tetapi justru sering menjadi jebakan yang membuat kita merasa sibuk tanpa hasil yang optimal. Alih-alih melakukan banyak hal sekaligus, lebih baik kita fokus pada satu tugas dalam satu waktu agar pekerjaan lebih cepat selesai dengan kualitas yang lebih baik. Jika ingin lebih produktif dan mengurangi stres, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mengubah kebiasaan multitasking dan mulai bekerja dengan lebih fokus.

Sumber

https://www.apa.org/topics/research/multitasking

https://news.stanford.edu/stories/2018/10/decade-data-reveals-heavy-multitaskers-reduced-memory-psychologist-says

https://www.pnas.org/doi/10.1073/pnas.0903620106

 

 

 

 

 

Gusti Rian Saputra

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *