__temp__ __location__

HARIAN NEGERI, Makkah - Muhammad Addin Imtiyas, jemaah haji usia 18 tahun asal Provinsi Aceh, tak bisa menahan air mata kesedihan saat melihat pasangan orang tua suami istri menunaikan ibadah haji bersama di tanah suci.

Ia teringat dengan sang bunda yang seharusnya membersamai ayah beribadah ke Baitullah. Kesedihan Addin makin bertambah karena tahu bahwa haji adalah cita-cita Ibunda yang telah direncanakan sejak mendaftar pada 2012.

Takdir Allah. Ibunda wafat 1,5 tahun silam. Keinginan untuk haji pun belum terpenuhi. Addin adalah jemaah haji termuda asal Provinsi Aceh yang menggantikan ibunya karena meninggal dunia.

"Salah satu motivasi Ibu untuk sembuh adalah bisa haji bareng ayah tahun ini," kata Addin saat diwawancara tim Media Center Haji (MCH), Jumat (23/5/2025) di Hotel sektor 9, wilayah Misfalah, Makkah.

Addin mengaku senang sekaligus sedih bisa haji tahun ini. "Perasaan saya senang, tapi sedih, karena seharusnya ibu yang mendampingi ayah berhaji," katanya sambil menitikkan air mata.

Sebelum berangkat menuju tanah suci, Addin mengaku sempat sedih berlarut-larut. Ini karena cinta Addin yang begitu tulus kepada Ibunda. Tak hanya Addin, ketiga saudara dan ayahnya juga menyayangi almarhumah ibunda dengan tulus.

"Mama itu orangnya sangat sabar, penyayang dan dermawan. Jadi ketika mama wafat, kami semua merasa sangat kehilangan," ungkapnya.

Ayah Addin, Mahrizal Idris bercerita, tadinya adiknya yang mau menggantikan sang Ibu. Namun karena masih berusia 16 tahun, sang adik belum bisa mengajukan pelimpahan porsi. "Akhirnya Addin lah yang menggantikan istri mendampingi saya," katanya.

Dia mengungkapkan, sosok Addin sangat dekat dengan ibunda. "Apabila sekolah selalu berangkat bersama ibunya. Ke mana-mana juga sama ibunya. Dia itu seperti penjaga ibunya. Jadi memang rezeki dia gantiin haji Ibu," katanya.

Persiapan haji Addin sangat cukup, sekitar enam bulan. Baik persiapan dokumen, manasik dan fisik.

Addin yang kelahiran 2007 ini mengaku tiada wasiat khusus untuk dirinya. Namun ia teringat akan pesan mama. "Addin, kalau nanti Mama udah enakan, Addin jangan lupa doain mama ya," Addin menirukan pesan sang Ibu.

Karena itu selama di Makkah, Addin tak lepas dari bayang-bayang Ibu. Dia selalu memanjatkan doa untuk ibu, sebagai rasa sayangnya kepada sang Ibu.

"Saya selalu panjatkan doa untuk mama di depan Kakbah. Sebagai bentuk rasa sayang kami. Walaupun mama sudah tiada, tapi rasa sayang saya dan anak-anaknya tidak berkurang sedikitpun untuk mama," katanya masih berderai air mata.

Saat ini Addin mengaku belum punya cita-cita khusus. Namun ia berharap mendapatkan yang terbaik versi Allah untuk dirinya. "Saya belum tahu ke depan mau jadi apa. Tapi semoga Allah mengabulkan yang baik-baik untuk saya dan keluarga. Dan kami bisa menjadi pribadi yang lebih baik," ucapnya

Afian Dwi Prasetiyo

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *