__temp__ __location__

HARIAN NEGERI - Dilansir dari The Guardian, sebuah kampanye pariwisata Selandia Baru yang menargetkan wisatawan Australia menuai kritik dan cemoohan. Tagline "Everyone must go!" dinilai tidak sensitif di tengah situasi pemotongan lapangan kerja di sektor publik dan tingginya angka warga Selandia Baru yang memilih pindah ke luar negeri.

Kampanye senilai NZD 500.000 (sekitar Rp 4,8 miliar) ini diluncurkan pemerintah pada Minggu (11/2) dan akan tayang di radio serta media sosial Australia selama Februari dan Maret. Menteri Pariwisata Louise Upston menjelaskan, kampanye ini bertujuan menyampaikan pesan bahwa Selandia Baru siap menyambut wisatawan Australia dengan penawaran menarik.

Namun, tagline tersebut justru menjadi bahan ejekan di dalam negeri. Politikus oposisi dan warganet mengibaratkannya seperti iklan obral clearance, kampanye kiamat, atau bahkan permohonan darurat untuk menggunakan toilet. Celia Wade-Brown, juru bicara pariwisata Partai Hijau, menyindir bahwa tagline itu mungkin merujuk pada antrean panjang di toilet umum di tempat wisata yang ramai.

Menanggapi kritik, juru bicara menteri mengatakan kepada The Guardian bahwa Upston merasa senang dengan kampanye ini dan mengklaim telah menerima umpan balik positif dari pelaku industri pariwisata serta ahli pemasaran.

Kampanye ini merupakan bagian dari upaya pemerintah menarik wisatawan, digital nomad, dan investor asing untuk memulihkan perekonomian. Sebelum pandemi, pariwisata menjadi sektor ekspor terbesar Selandia Baru dengan kontribusi USD 40,9 miliar (sekitar Rp 639 triliun). Pada 2023, angka ini mulai pulih dengan kontribusi sebesar USD 37,7 miliar (sekitar Rp 589 triliun).

Australia menjadi pasar utama pariwisata Selandia Baru, menyumbang 44% dari total wisatawan internasional. Jumlah kunjungan wisatawan Australia telah mencapai 88% dari tingkat sebelum pandemi, dengan peningkatan lebih dari 90.000 kunjungan dalam setahun terakhir.

Meski demikian, kampanye ini dinilai ironis di tengah kebijakan pemerintah yang memangkas ribuan posisi di sektor publik. Cushla Tangaere-Manuel, juru bicara pariwisata Partai Buruh, menyatakan bahwa tagline tersebut tidak sensitif dan mencerminkan perasaan warga Selandia Baru yang sedang menghadapi banyak pemotongan.

Beberapa kritikus juga menilai tagline ini tidak bijaksana karena terkesan seperti perintah bagi warga Selandia Baru untuk meninggalkan negara mereka. Seorang warganet bahkan menyarankan agar slogan ini dibalikkan menjadi poster protes terhadap pemerintah.

Kampanye pariwisata Selandia Baru memang kerap menuai pujian dan kritik. Salah satunya adalah kampanye "100% Pure New Zealand" yang dipuji karena keunikannya, meski sering dikritik terkait ketidakkonsistenan kebijakan lingkungan pemerintah.

Afian Dwi Prasetiyo

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *