Puasa adalah praktik menahan diri dari makan dan minum dalam jangka waktu tertentu, yang menyebabkan berbagai perubahan dalam tubuh. Selama berpuasa, tubuh mengalami penyesuaian metabolisme, perubahan hormon, serta efek pada berbagai organ. Berikut adalah proses yang terjadi dalam tubuh selama berpuasa:
1. Perubahan Metabolisme Energi
Setelah beberapa jam tanpa asupan makanan, tubuh mulai kehabisan glukosa sebagai sumber energi utama. Awalnya, tubuh menggunakan cadangan glikogen yang tersimpan di hati dan otot untuk mempertahankan kadar gula darah. Namun, setelah cadangan glikogen habis, tubuh beralih ke sumber energi lain, yaitu lemak. Proses ini dikenal sebagai ketosis, di mana lemak dipecah menjadi keton untuk digunakan sebagai energi. Proses ini tidak hanya membantu dalam penurunan berat badan, tetapi juga meningkatkan sensitivitas insulin dan mengontrol kadar gula darah.
2. Efek pada Organ Pencernaan
Selama berpuasa, sistem pencernaan mendapatkan kesempatan untuk beristirahat. Organ-organ seperti lambung, hati, dan pankreas menyesuaikan diri dengan kondisi tanpa asupan makanan.
- Lambung: Produksi asam lambung menurun, sehingga risiko gangguan pencernaan seperti maag bisa berkurang. Namun, bagi sebagian orang, produksi asam lambung tetap tinggi meskipun tidak ada makanan, yang bisa menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut.
- Hati: Hati berperan penting dalam mengubah glikogen menjadi glukosa dan kemudian memecah lemak sebagai sumber energi utama saat berpuasa.
- Pankreas: Produksi insulin menurun karena tidak ada asupan makanan yang memicu lonjakan gula darah, yang bisa membantu meningkatkan sensitivitas insulin dalam jangka panjang.
Selain itu, puasa juga membantu meningkatkan kesehatan mikrobiota usus, yang berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mencegah peradangan.
3. Adaptasi Tubuh terhadap Puasa
Pada awal puasa, tubuh mungkin mengalami sedikit kelelahan, pusing, atau merasa lapar karena kadar gula darah yang turun. Namun, setelah beberapa hari, tubuh mulai beradaptasi dengan pola makan yang baru.
Setelah sekitar 12–24 jam berpuasa, tubuh memasuki fase glukoneogenesis, yaitu proses di mana tubuh memproduksi glukosa dari sumber non-karbohidrat untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil. Proses ini membantu individu tetap fokus dan produktif meskipun sedang berpuasa.
Setelah beberapa minggu, tubuh menjadi lebih efisien dalam menggunakan energi, dan banyak orang merasakan peningkatan fokus serta stabilitas emosional. Hal ini berkaitan dengan peningkatan produksi hormon norepinefrin yang membantu meningkatkan kewaspadaan.
4. Manfaat Kesehatan dari Puasa
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa puasa memiliki banyak manfaat kesehatan, antara lain:
- Menurunkan berat badan dengan membakar lemak sebagai sumber energi utama.
- Mengontrol kadar gula darah dengan meningkatkan sensitivitas insulin.
- Menyehatkan jantung dengan menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL).
- Menurunkan risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson karena efek autofagi dan peningkatan produksi protein pelindung otak.
- Meningkatkan kesehatan mental dengan mengurangi produksi hormon stres kortisol dan meningkatkan hormon serotonin yang meningkatkan suasana hati.
Dengan memahami perubahan yang terjadi dalam tubuh saat berpuasa, kita bisa lebih bijak dalam menjaga pola makan dan aktivitas selama bulan Ramadan agar tetap sehat dan bugar.
Sumber
https://hellosehat.com/pencernaan/metabolisme-tubuh-saat-puasa
Leave a comment
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Top Story
Ikuti kami