__temp__ __location__

Oleh: Syaefunnur Maszah

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menegaskan bahwa Indonesia akan terus menolak segala bentuk upaya pemindahan paksa penduduk Palestina dari wilayah mereka.

Dalam konferensi pers terbaru, kementerian menyatakan bahwa Indonesia terus memantau implementasi gencatan senjata di Gaza, yang dalam praktiknya masih sering dilanggar oleh Israel.

Indonesia menilai bahwa tindakan Israel tidak hanya merusak perjanjian yang telah disepakati, tetapi juga mengindikasikan niat untuk menduduki wilayah Palestina secara permanen.

Dalam rangka merespons situasi ini, Menteri Luar Negeri Sugiono telah tiba di Jeddah, Arab Saudi, untuk menghadiri pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) terkait rekonstruksi Gaza yang dijadwalkan berlangsung pada hari Jumat.

Sebagaimana artikel berjudul "FM Sugiono in Jeddah to Attend Emergency Palestine Meeting", yang ditulis oleh Yvette Tanamal dan diterbitkan oleh The Jakarta Post pada 7 Maret 2025, Indonesia menunjukkan posisi yang konsisten dalam mendukung Palestina, baik di forum OIC maupun dalam konteks perdamaian dunia secara lebih luas.

Dalam perspektif OIC, kehadiran Indonesia menegaskan bahwa negara-negara Muslim memiliki tanggung jawab kolektif untuk membantu Palestina, tidak hanya dalam bentuk bantuan kemanusiaan tetapi juga melalui langkah diplomasi yang lebih konkret.

Sikap ini memperkuat posisi OIC sebagai blok yang dapat menekan komunitas internasional agar lebih aktif dalam menyelesaikan konflik di Timur Tengah.

Dalam konteks diplomasi global, langkah Indonesia memberikan daya tekan tersendiri terhadap Amerika Serikat dan Israel.

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan memiliki hubungan baik dengan berbagai negara Barat, Indonesia dapat memainkan peran sebagai jembatan diplomasi yang mendorong dialog lebih lanjut.

Indonesia juga dapat menggalang dukungan dari negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang selama ini bersikap kritis terhadap kebijakan Israel di Palestina. Dengan demikian, peran Indonesia tidak hanya terbatas pada level regional, tetapi juga dapat menjadi bagian dari dinamika geopolitik global.

Selain itu, upaya Indonesia dalam mendukung rekonstruksi Gaza menunjukkan komitmen nyata dalam mewujudkan perdamaian yang lebih berkelanjutan.

Fokus pada pembangunan infrastruktur, layanan kesehatan, dan pendidikan di Gaza dapat membantu mengurangi penderitaan rakyat Palestina dan mencegah mereka menjadi korban konflik yang berkepanjangan.

Pendekatan ini selaras dengan kebijakan luar negeri Indonesia yang menempatkan diplomasi kemanusiaan sebagai salah satu prioritasnya.

Keaktifan Indonesia dalam forum OIC juga menjadi bukti bahwa solidaritas dunia Islam terhadap Palestina tetap kuat.

Meskipun ada berbagai dinamika politik di antara negara-negara anggota OIC, pertemuan ini menunjukkan bahwa masih ada kesadaran kolektif untuk mengatasi krisis Gaza secara bersama-sama.

Hal ini penting untuk memperkuat posisi Palestina di dunia internasional dan mencegah upaya Israel untuk mengisolasi perjuangan rakyat Palestina dari perhatian global.

Dari perspektif proses perdamaian dunia, keterlibatan Indonesia di Jeddah menjadi pembelajaran penting bahwa diplomasi harus selalu bersifat aktif dan proaktif.

Konflik Palestina-Israel telah berlangsung selama puluhan tahun, dan pendekatan reaktif yang hanya mengecam tanpa langkah konkret tidak akan memberikan hasil yang signifikan.

Oleh karena itu, partisipasi Indonesia dalam pertemuan OIC ini harus diikuti dengan langkah-langkah lanjutan, seperti mendorong peran lebih besar PBB, menggalang dukungan dari negara-negara non-blok, serta memperkuat lobi di tingkat internasional agar solusi dua negara dapat diwujudkan.

Dalam konteks global yang semakin multipolar, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat posisinya sebagai negara yang berperan dalam menciptakan stabilitas internasional.

Upaya diplomasi yang dilakukan dalam isu Palestina dapat menjadi modal bagi Indonesia untuk lebih diperhitungkan dalam forum-forum internasional lainnya, termasuk dalam pembahasan isu-isu global seperti perubahan iklim, keamanan energi, dan perdamaian di kawasan lain.

Kehadiran Menteri Luar Negeri Sugiono di Jeddah bukan sekadar simbol solidaritas, tetapi juga bagian dari strategi diplomasi Indonesia untuk memastikan bahwa hak-hak rakyat Palestina tetap diperjuangkan.

Dengan pendekatan yang terukur dan berbasis pada nilai-nilai keadilan, Indonesia dapat menjadi salah satu aktor utama dalam upaya mewujudkan perdamaian yang adil dan berkelanjutan bagi Palestina dan dunia.

Yusuf Wicaksono

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *